Kau datang diwaktu yang tepat. Menyuguhkan kenyamanan yang lama t'lah hilang. Tidak terucap cinta, hanya rasa yang saling memiliki.
Sayangnya, aku tak inginkan lagi sebuah permainan. Yang kuinginkan hanyalah keseriusan. Bukankah waktu berkata kita harus melangkah. Menyambut kebahagiaan yang berselimutkan kesucian. Mungkin ini saatnya, dengan atau tanpamu. Walau yang kuingin adalah bersamamu.
Kau sebut itu janji suci. Kau minta aku untuk mendampingimu. Ini bukan tentang waktu yang kita lalui bersama. Namun bercerita tentang masa, dimana kita takan mungkin lagi terpisahkan.
Jangan meminta kesediaanku. Jangan libatkan orang lain untuk sebuah alur bernama restu. Cukup kau memintaku kepada Dia yang memilikiku. Mintalah restu pada-Nya, agar kita disatukan-Nya. Bukankah lebih indah, ketika apa yang Ia persatukan tak dapat lagi dipisahkan oleh siapapun.
Karna sesungguhnya aku tak ingin memilih. Walau tak kupungkiri hati ini menginginkanmu. Aku ingin Ia yang memilihmu bagiku. Begitupun aku yang Ia pilih untuk mendampingimu.
Jika aku memang untukmu, aku akan mendampingimu dalam setiap waktu dimana duka dan air mata mungkin ada disana. Aku akan berdiri disisimu, ketika langkahmu tertatih oleh setiap ujian yang membuat kita melangkah pada tahap yang lebih tinggi.
Inilah janjiku. Satu janji suci yang terucap bagimu, sang pemilik hati yang mau berusaha untuk mendapatkan restu dari-Nya. Untuk Kita. Aku dan Kamu dalam satu ikatan suci yang mereka namai Pernikahan.