Saturday, 31 May 2014

Janji Suci Untukmu

Kau datang diwaktu yang tepat. Menyuguhkan kenyamanan yang lama t'lah hilang. Tidak terucap cinta, hanya rasa yang saling memiliki.

Sayangnya, aku tak inginkan lagi sebuah permainan. Yang kuinginkan hanyalah keseriusan. Bukankah waktu berkata kita harus melangkah. Menyambut kebahagiaan yang berselimutkan kesucian. Mungkin ini saatnya, dengan atau tanpamu. Walau yang kuingin adalah bersamamu.

Kau sebut itu janji suci. Kau minta aku untuk mendampingimu. Ini bukan tentang waktu yang kita lalui bersama. Namun bercerita tentang masa, dimana kita takan mungkin lagi terpisahkan.

Jangan meminta kesediaanku. Jangan libatkan orang lain untuk sebuah alur bernama restu. Cukup kau memintaku kepada Dia yang memilikiku. Mintalah restu pada-Nya, agar kita disatukan-Nya. Bukankah lebih indah, ketika apa yang Ia persatukan tak dapat lagi dipisahkan oleh siapapun.

Karna sesungguhnya aku tak ingin memilih. Walau tak kupungkiri hati ini menginginkanmu. Aku ingin Ia yang memilihmu bagiku. Begitupun aku yang Ia pilih untuk mendampingimu.

Jika aku memang untukmu, aku akan mendampingimu dalam setiap waktu dimana duka dan air mata mungkin ada disana. Aku akan berdiri disisimu, ketika langkahmu tertatih oleh setiap ujian yang membuat kita melangkah pada tahap yang lebih tinggi.

Inilah janjiku. Satu janji suci yang terucap bagimu, sang pemilik hati yang mau berusaha untuk mendapatkan restu dari-Nya. Untuk Kita. Aku dan Kamu dalam satu ikatan suci yang mereka namai Pernikahan.

Kita

Tersenyum aku diantara malam, memandang indahnya angkasa yang bertabur bintang. Satu rasa yang tak biasa, membuatku terhanyut pada sebuah kebahagiaan.

Entah bagaimana awalnya, rasa itu kini hidup dalam sebuah wadah bernama hati. Bertumbuh subur dengan pupuk yang kusebut perhatianmu. Kau sirami rasa dengan senyuman disetiap paginya.

Satu hal yang sederhana, namun dapat mencairkan gunung es yang sekian lama telah merajai sudut hati.

Terimakasih untuk kehadiranmu, terimakasih untuk kasih sayangmu. Walau aku tahu, saat ini hanya aku yang rasa. Tapi waktu, akan menyakinkanmu bahwa kita dipertemukan untuk saling melengkapi. Aku dan Kamu. Kita. Dalam sebuah Kebahagiaan.

Kasih Abadi

Pernah aku merasa, menganggap semua hati adalah sama. Tak ada yang berbeda, tanpa perasaan juga sebuah kasih.

Yang mereka lakukan hanyalah menyakiti, mengecewakan hati yang telah memilih untuk mengasihinya. Tanpa hati, tanpa perasaan, juga tanpa belas kasihan.

Hatiku dan pikiranku tertutup rapat untuk sebuah kalimat yang kuanggap adalah awal kekecewaan. Tak kuhiraukan berapa banyak kalimat bualan atau mungkin ketulusan yang mereka ucapkan. Bagikus semua sama.

Hingga satu masa, kutemukan sebuah bagian terindah didalam hidupku. Kasih-Mu menyapa, memenuhi setiap sudut ruang dihatiku. Apa yang kurasa hampa kini Kau penuhi oleh Kasih-Mu. Satu Cinta dan Kasih yang sangat luar biasa. Kau ajarkanku untuk menjadi orang yang memiliki Kasih. Karna Kau lebih dulu memenuhi hidupku dengan Kasih-Mu.

Kini aku mengerti, mereka hanya membutuhkan Kasih-Mu. Mereka hanya memerlukan satu Cinta baru yang bisa mengubahkan hidupnya. Cinta yang tulus, Kasih yang sempurna. Memberi tanpa menuntut, Mengasihi tanpa harus melibatkan ego diri. Kasih yang abadi, yang lebih dulu Kau berikan untukku.

Dan aku.. Berjanji
Satu Kasih-Mu yang menjadikanku lahir baru, akan kuberikan kepada mereka yang juga membutuhkan pembaharuan hidup. Karna Kasih yang abadi, hanya akan mereka temukan didalam-Mu.

Karna Kau mengajarkanku untuk selalu memberi, tanpa harus memikirkan apa yang akan aku terima. Sebuah Kasih yang Abadi.

Friday, 9 May 2014

Ibu.. Mengapa Aku Berbeda?

Mereka bilang, kasih sayangmu adalah hal terindah. Perhatian dan cintamu adalah segalanya bagi mereka. Tapi mengapa berbeda denganku. Sejauh ini aku tak mengerti apapun tentang cinta yang mereka bicarakan. Tentang kasih sayang yang selalu mereka banggakan. Aku tak merasakan apapun yang mereka ucap itu istimewa.

Yang aku tau hanya kemarahan demi kemarahanmu padaku. Yang aku terima hanya amarah demi amarahmu untukku. Yang aku rasakan hanya sinar kebencian yang ada dalam setiap ucapmu. Ibu.. mengapa aku berbeda?

Aku pun ingin seperti mereka. Aku ingin kau peluk. Aku ingin kau cintai. Masih ingatkah kapan terakhir kedua tanganmu memeluk tubuhku? Kapan terakhir jemarimu membelai rambutku? Dan kapan terakhir kedua bibirmu berucap sayang untukku? Aku rasa kau pun sudah tak mengingatnya lagi.

Setiap ucapmu menoreh luka dihatiku. Setiap sikapmu menghadirkan air mata diwajahku. Sebenci itukah engkau kepadaku?

Ibu.. mengapa aku berbeda? Aku pun sama seperti mereka, yang ingin disayangi dan juga dicintai. Bukan oleh kekasih ataupun sahabat. Tapi olehmu.. Ibu!!