Saturday 21 December 2013

I Love You Mom..

Ibu..
Dimatamu, aku belajar ketulusan
Sebuah pemberian, tanpa timbal balik

Ibu..
Dalam senyummu, aku Bahagia
Tentang kesederhanaan yang sering kau ajarkan

Ibu..
Mungkin aku tak sebaik harapanmu
Namun hatiku, ingin membahagiakanmu

Dalam gelisahku, kau peluk dengan kedamaian
Diantara kesedihanku, kehangatan cintamu sanggup memulihkan luka yang ada

Ibu..
Apa artinya aku, jika senyumu harus kuganti dengan air mata

Tak ada yang lebih indah selain pelukanmu
Tak ada yang lebih sempurna selain cinta kasihmu

Ibu..
Sampai kapanpun, kau tetap Malaikat terbaikku..

I Love You Mom..

Tuesday 10 December 2013

Sekilas Rindu dibalik Senja

Teringat sebuah Kerinduan dikala Senja.
Untuk dan milik siapa aku pun lupa.

Hanya saja ia nyata.
Tertanam, tumbuh dan berakar disana.

Jika saja Kerinduan itu dapat kutulis

Mungkin,
Langit senja akan iri pada pemiliknya.

Sayang,
ia lebih memilih untuk tinggal disana.
Disetiap sudut hati yang berbalutkan doa.

Tuhan,
Jika kelak ia bertuankan sebuah Hati,

Izinkanlah aku meminta..

"Lindungilah Hati itu dari segala Kemunafikan."

Thursday 5 December 2013

Aku adalah Aku

Mencintaimu adalah satu keindahan
Dicintai olehmu ialah satu kebahagiaan
Hidup bersama denganmu, itu kesempurnaan

Tak hanya senja yang memiliki jingga
Tak hanya malam yang mempunyai bintang
Tak juga tetesan hujan yang bisa menciptakan pelangi

Kamu, ciptaan Tuhan dengan penuh kesempurnaan..

Tapi sayang,
Bahagiaku takan pernah mengalahkan Harga Diriku

Aku bukan halte yang bisa kau datangi untuk menunggu
Aku bukan kendaraan, yang bisa mengantarmu menuju hati yang kau mau

Tapi aku adalah aku
Yang memiliki hati dan juga harga diri
Takan mudah kurendahkan diri hanya demi satu cinta

Pergilah, dan jangan pernah kembali..
Walau kelak, rasa sesal yang kau alami..

Satu Senyuman

Terimakasih untuk perih yang kau hidangkan
Sesekali bahagia terselip disana,
Walau kadang air mata yang terakhir

Tak percaya,
Kau yang dulu ada dalam keterpurukanku
Menawarkan bahagia dalam semangatmu
Kini dengan mudah menitipkan luka

Pergilah, jika itu yang terbaik
Jangan pernah kembali,
Ataupun hanya menoleh atas kesedihanku

Aku baik-baik saja..
Walau air mata menggenang disana,
Tapi aku masih sanggup tersenyum

Mensyukuri setiap jalan-Nya
Melapangkan hati untuk rencana-Nya

Aku akan baik-baik saja tanpamu
Tapi aku bisa mati, jika tanpa-Nya..

Sunday 1 December 2013

Satu Jawaban

Ungkapan rindu terlahir dari hati
Terjaga rapi dalam selimut doa
Kini menyeruak, menyerukan keberadaannya

Biarkanlah kata cinta yang selalu ada
Biarlah kata rindu yang selalu terdengar
Biarlah kata sayang yang menghiasi waktu

Karna kekasih hati kini telah hadir
Memeluk jiwa, pulihkan kerinduan
Menjawab penantian dengan senyum Kebahagiaan..

Saturday 30 November 2013

Kulatih Hatiku

Setiap kata yang terlahir dari hatiku
Menjadi saksi atas cinta terpendam
Satu kasih yang tak terucap

Hanya bisa memandangnya
Hanya mampu mendengarnya
Hanya sanggup mendoakannya

Karya Tuhan yang sempurna
Berhasil membawaku terbang
Melampaui keindahan dalam bahagia

Kulatih senyum untuk bahagianya
Air mata hanya menjadi pelantara
Satu doa dalam keikhlasan hati

Walau perih, cobalah tersenyum
Walau menangis, tetaplah berdoa
Walau kehilangan, teruslah berharap

Satu keikhlasan hati yang terlatih,
Oleh air mata yang berakhir bahagia..

Friday 29 November 2013

Tanpa Mereka, Aku Mati

Seperti malam biasanya, aku menemani mereka bermain, tertawa bahkan sekali-kali aku nampak sedikit kesal atas akal yang mereka miliki. Tapi semua hanya sementara, kekesalanku berhasil mereka gantikan oleh kebahagiaan yang tak terhingga.

Malam itu nampaknya langit tengah berduka. Diteteskannyalah air mata yang bermula hanya tetesan kecil dan berubah menjadi aliran deras yang cukup menyejukkan bumi malam itu.

Aku dan mereka memutuskan untuk masuk kedalam kamar dan mencoba untuk memejamkan mata. Setelah meminum segelas susu, nampaknya mereka tak lantas merasa ngantuk. Banyak hal yang mereka lakukan, entah bermain, tertawa, bahkan hingga sedikit berebut sesuatu yang mungkin tak begitu berarti bagiku.

Entah mengapa, tetesan hujan malam ini sedikit menyentuh pintu hatiku. Lantunannya seakan menjadi irama yang mendayu dan menyesakkan dada. Ada perih disana. Entah perih atau luka, yang pasti aku merasa sendiri ditengah keramaian mereka.

Kutatatap wajah mereka dalam-dalam, bergantian. Kulihat senyuman diantara wajah mungilnya, bahagia.. seakan tak ada beban. Dan memang seharusnya seperti itu.

Tanpa sadar air mataku menetes. Sama seperti rintik hujan, tetes demi tetesnya kini menjelma bak anak sungai diwajahku. Lagi-lagi sesak itu bersarang disana. Dengan segera kupeluk mereka, dan mereka pun memelukku. Ada rasa yang tak biasa disana, seolah oksigen diruang itu tiba-tiba saja lenyap. Begitu sesak dan sangat membuatku sulit bernafas.

Apa yang terjadi, aku sendiri pun tak mengerti. Hanya saja rasa kesendirian itu mulai menyapa kembali. Seakan aku benar-benar sendiri, tanpa keluarga, tanpa teman, tanpa sahabat. Hanya mereka. Ya, hanya mereka yang kini memelukku dalam kepolosannya. Dalam pengertiannya bahwa semua akan selalu baik-baik saja.

Semakin erat aku memeluk mereka, maka semakin deras juga tetesan air mata diwajahku. Entah mengapa aku menangis begitu pilu. Seakan semua ini harus berakhir.

"Tuhan, Engkau boleh mengambil semuanya dariku. Teman, Senyumanku, atau mungkin Sahabat-sahabat terbaikku. Tapi aku mohon, jangan pernah ambil keluargaku, terutama mereka."

Entah apa yang akan terjadi jika mereka tiada. Senyumanku, yang bersumber dari mereka. Kebahagiaan batinku, yang berpusat pada mereka. Ah, tak pernah kubayangkan dan takan pernah kuinginkan sesuatu terjadi pada mereka.

Merekalah nafasku, merekalah hidupku. Tanpa mereka, aku hanyalah seonggok daging tak berjiwa. Yang hanya bisa menatap semua dengan kekosongan dalam kehampaan yang ada. Tanpa mereka, tak ada artinyalah setiap nafas yang kuhirup dan kuhembuskan. Tanpa mereka, aku mati.

Tanpa sadar mereka memelukku lebih erat. Bahkan sangat erat, menciumku dan berkata "Maafin aku ya, kalo aku nakal".

Tanpa bisa kubendung, air mata itu meluncur bebas diwajahku. Tapi aku tau, dihadapan mereka aku harus selalu tersenyum. Karna air mata, hanya menjadi bagianku. Dan Bahagia, menjadi milik mereka. Selalu.. :)

Thursday 28 November 2013

K.A.M.U Hanya Cahaya Kecil

Aku memilih kata terindah dalam setia puisi yang terangkai
Bait demi bait yang tercipta, menjadi indah karna pesonamu
Bukan sekedar huruf, melainkan lantunan nada cinta yang dinyanyikan semesta

Kamu adalah Bahagia yang tercipta diantara Duka yang menyapa
Kamu seperti Pelangi yang hadir saat badai hidup mulai bisa kulalui
Kamu ialah alasan aku Bahagia dan juga alasan aku Berduka

Betapa aku bersyukur kepada Tuhan,
atas kesempatan-Nya bertemu denganmu..

Kamu memang bukanlah Matahari yang dapat menyinari sebagian Bumi
Kamu juga bukan Bintang yang sanggup menyajikan beribu keindahan pada malam
Kamu juga bukan Lampu pijar yang bisa menerangi seluruh ruang yang ada

Tapi Kamu..
Hanya sebuah cahaya kecil didalam hatiku yang tak pernah padam
Kecil, namun sanggup mengusir setiap kegelapan yang mungkin menyapa hidupku..

Pic By: Fiary Ph

Tuesday 26 November 2013

Berakhir Sudah

Perasaan ini, yang kau beri untukku
Kini berbuah manis menjadi cinta
Tumbuh dalam kasih sayangmu

Inikah jalanku
Melabuhkan jiwa pada satu hati
Yang terakhir dalam kisah hidupku

Berakhir sudah pencarian cintaku
Berakhir pada satu hati
Biarlah kau hias hariku oleh senyuman
Kuberharap s'lalu bersamamu

Berakhir sudah penantian panjangku
Berakhir pada satu bahagia denganmu
Biarkan cinta tumbuh disana
Kuberharap kaulah yang terakhir dalam hidupku

Inspirasi by: @Andivox and @ridgekevin #BerakhirSudah

Tuesday 22 October 2013

BERSIAPLAH.. 2015

Tulisan ini saya dapatkan dari seseorang yang sangat saya Hormati. Jika setelah membaca ini, ada banyak pertanyaan hendaklah kita berfikir positive. Ambil Hikmah dan segi positive nya saja. Demi siapa? Demi kehidupan kita yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. 


"Saudara saudara, dua atau tiga tahun yang lalu saya diberi sebuah penglihatan. Tampak sebuah gunung, namun di atas gunung itu terdapat angka 2015 dan dibawahnya saya melihat banyak orang berlari-lari dengan sangat ketakutan dan Nampak seperti tanpa arah tujuan.

                Lalu, saya berdoa, berseru kepada Tuhan. “Tuhan, mengapa ini terjadi? Apa maksud Tuhan dengan semua ini?” lalu dalam hati saya ada sebuah suara yang mengatakan “Aku akan mengijinkan bencana besar menimpa bangsa ini, karena sudah tidak ada lagi kasih di bangsa ini.”

                Semenjak saya menerima penglihatan itu, hingga saat ini saya hanya berani bercerita kepada keluarga dan beberapa teman saya. Namun, saya selalu mengamati perkembangan yang terjadi dari hari ke hari dan sampai pada saat ini apa yang dikatakan Tuhan benar adanya.

                Orang melakukan korupsi seperti seorang pahlawan yang pulang dengan kemenangan. Mereka bersuka seolah mereka bangga telah melakukan korupsi. Tawuran dimana-mana, perampokan merajalela, pembuhan dimana mana. Orang dewasa berbuat jahat, anak anak melakukan kejahatan, bahkan ada satu kejahatan yang benar benar membuat kita sedih, ibu ibu rela menjual bayinya. Ibu yang seharusnya menjaga dan melindungi serta mengasihi buah hatinya malah dia sendiri yang rela menjualnya.

                Maka, menurut saya wajar bila Tuhan mengijinkan bencana besar terjadi di bangsa ini. Dimana ada bencana pasti ada kematian saudara saudara. Saya menulis ini karna saya mengasihi anda semua. Saudara boleh percaya dan jika saudara tidak percaya juga diperbolehkan, saya ingin mengajak kepada saudara saudara semua, mari kita intropeksi diri kita dan perhtikan sekeliling kita. Masih adakah kasih yang sempurna di hati kita dan mereka?

                Prinsip hidup, bukan saat aku datang ke dunia ini yang aku takutkan, tapi saat aku kembali dari dunia ini yang aku sangat aku takutkan. Karena sebesar-besarnya kesusahan di dunia ini lebih besar kesusahan disaat kita menghadap Tuhan. Sesenang senangnya kita di dunia ini lebih senang disaat kita menghadap Tuhan."

Thursday 17 October 2013

Izinkanku

Bolehkan aku pinjam senyumanmu sebentar saja,
sebelum aku terlelap dalam tidur panjangku

atau aku pinjam matamu,
agar aku mengerti apa itu Harapan yang Baru

Jika tidak, bisakah kau pinjamkan Bahumu sebentar saja

Karna aku tahu, semua tidak mudah
melewati setiap perjuangan tanpa semangat

Walau aku yakin kau mampu,
Hanya saja ada tangis tanpa suara disana

Disela Perjuanganmu yang tak pernah mereka tahu, Betapa Beratnya itu..

Ia Berada Sangat DEKAT

Saat kita mulai takut menutup mata, Kematian seakan membayangi
Banyak perkara yang tak terselesaikan, atau mungkin tertunda hingga entah sampai kapan

Bila tiba nafas berada dihujung hela, siapkah kita menghadap dunia yang baru

Mungkin berakhir sudah detak jantung dalam perjalanan
atau mungkin terhenti dan tak mungkin kembali

Jalan yang sudah ditapaki
akan menjadi satu kenangan dalam hidup yang tak mungkin terulang

Kematian
Ia berada sangat dekat, bahkan ada diantara hela nafas
namun mengapa terasa jauh, sangat jauh ketika kita melakukan kesalahan

Kematian
Siapkah kita menyambut dunia yang baru
dimana yang ada hanyalah awal perjalanan atas akhir dari langkah terdahulu

Air mata menjadi pengiring kepergian
isak tangis seakan mewarnai langkah yang baru

Kematian
Aku hanya ingin menyambutnya dengan senyuman
Dengan langkah kaki di Dunia yang Baru..

Friday 20 September 2013

Pagi, tak selamanya Cerah

Aku tahu, pagi tak selamanya cerah. Atau mungkin malam, yang tak selalu dingin. Tapi itu telah berada diingatanku. Melekat dalam memory dan terekam dengan jelas dalam perputaran vidio kehidupanku.

Tak dapat dengan mudah aku hapus dan menggantinya dengan yang baru. Bagiku, pagi ialah hangatnya sinar sang mentari. Dan malam, adalah sentuhan lembut dari belaian angin yang memelukku dengan mesra.

Sekarang atau nanti, bagiku itu akan tetap sama. Tak ada yang berubah.

Begitupun dengan hidupmu. Apa yang kamu pikirkan, apa yang melekat dalam ingatanmu, maka itu yang berlaku untuk hidupmu.

Kita tak bisa dengan mudah menghapus sebuah Kenangan dan menggantikannya dengan yang baru. Kita juga tak bisa dengan sesuka hati menghapus setiap memory yang sudah terekam dengan baik dalam ingatan kita.

Yang bisa kita lakukan hanyalah memulai sesuatu dengan pemikiran yang baik. Agar kelak, memory yang telah lalu sedikit demi sedikit akan tergeser letaknya oleh memory baru yang kamu ciptakan lebih baik untuk hidupmu kelak. :)

Friday 13 September 2013

Proses Itu, Bernama "Air Mata" !!

Siapapun tahu, bahwa air mata adalah sebagian besar ungkapan sebuah kesedihan. Dalam setiap tetesnya, tersimpan luka yang mungkin diakibatkan oleh goresan pada hatinya. Besar atau kecil goresan itu bukanlah inti masalahnya, melainkan dalamnya luka itu, yang sanggup mengundang setiap tetes demi tetes air mata yang kian mengalir bagaikan anak sungai diantara wajahmu.

Kesedihan, tidak selalu karena cinta pasangan. Kesedihan terberat ialah ketika kita memiliki, namun keadaan memaksa kita untuk bersikap seolah itu bukan milik kita.

Bukankah air mata adalah teman sejati, disaat tak tersedia telinga yang setia dari beberapa teman atau mungkin sahabatmu. Bukankah air mata adalah penawar hati, ketika kesesakan menghimpit dan kita tak tahu harus mengadu pada siapa selain Kepada-Nya. Bukankah air mata awal sebuah senyuman, pada waktu kedua tangan kita menghapusnya dari setiap tetesan di wajah itu.

Lalu, dimanakah letak kesalahan yang telah diperbuat air mata? Sehingga dengan mudah kita menyebutnya sebagai kelemahan? Lantas, dimanakah keadilan yang seharusnya berkata bahwa air mata adalah proses sebuah kebangkitan dari kesedihan? Tidak adakah yang bisa mensyukuri kehadirannya? Tidak adakah yang sanggup merangkulnya dan berkata "ia adalah sahabatku"? Dimana keberanian yang tiba-tiba saja muncul untuk mengundangnya hadir di wajahmu? Semua jawaban itu ada dihatimu. Didalam dirimu.

Jangan pernah menahannya untuk menetes diwajahmu. Jangan perna berpura-pura tegar dengan tak mengakui kehadirannya dalam hari-harimu.

Tapi bijaksanalah untuk bisa berkata, "air mata itu terjatuh untuk menjadi guru dalam sebuah proses kehidupan yang sedang kulalui". Setelah itu, hentikan setiap tetesannya, dan tersenyumlah dalam semangat yang baru.. :)

Thursday 12 September 2013

Yang Terbaik, Bukanlah yang Baik Menurutmu

Tidak pernah ada seorang pun yang senang untuk sebuah Penantian. Menunggu dalam kurun waktu yang mungkin tidak ditentukan kapan akan berakhir. Semua itu membosankan, bahkan bisa saja itu menjadi satu bom waktu akan sebuah pemberontkan didalam diri.

Tapi, bukankah Tuhan lebih menyukai orang-orang yang bisa menanti dalam kesabaran. Orang-orang yang hanya menggantungkan harapannya pada satu tempat, satu pemilik nama diantara puluhan ribu nama yang ada di dunia. Pada-Nya, pada Allah yang kekal.

Hanya saja terkadang kita lebih memilih untuk berada pada zona teraman tanpa mau mengambil resiko untuk sebuah penantian. Apa yang diberikan-Nya hari ini memang harus kita syukuri, tapi bukan berarti kita harus berhenti menanti.

Ujian-Nya tak hanya datang dalam sebuah kesusahan, bahkan apa yang menurut logikamu baik, itu adalah ujian yang sebenarnya sedang Ia tujukan untukmu.

Jangan pernah puas untuk sesuatu yang belum Ia tetapkan "Terbaik Untukmu", tapi cobalah tanyakan lebih dulu Kepada-Nya "Apakah ini yang Menurut-Nya terbaik untukku?" Jika memang ya, jaga itu baik2, syukuri dan jangan pernah biarkan egomu merusaknya.

Thursday 15 August 2013

InI Tentang KASIH

Banyak orang berbicara tentang KASIH, tapi sedikit diantaranya yang mengerti apa itu KASIH.

Sejauh mana kamu tau tentang KASIH? Sejauh mana kamu mengerti bahwa itu KASIH? Sejauh sebuah pemberian pada seseorang yang kelaparan? atau sejauh pertolongan pada seseorang yang kesusuahan? TIDAK! Tidak sampai disitu..

Lantas, sejauh mana kamu mengerti sebuah Kekuatan karna KASIH? Jika kamu sendiri tak pernah tau apa arti KASIH itu sendiri?

KASIH ialah memberi. Memberi bukan karna situasi ataupun keadaan yang menyuruhnya. Melainkan ketika Hatimu merasa kamu harus menolongnya. Ketika Hatimu menyuruhmu untuk membantunya. Disitulah KASIH yang benar ada. Bukan disaat banyak mata melihat hasil pemberianmu. Bukan juga karna banyak pujian yang kau kantongi maka KASIH itu ada. Itu SALAH! KASIH tak pernah mengajarkan kita untuk memberitahu banyak mata tentang apa yang kita lakukan. KASIH tidak pernah mengajarkan kita untuk menantikan banyak pujian atas apa yang dilakukan. Sekali lagi saya bilang itu SALAH!

Di Jaman ini, seberapa banyak tangan kanan yang memberi tanpa diketahui tangan kirinya? Sejaun mana tangan memberi tanpa mulut mengabarkannya? Bukankah kebanyakan sekarang semua sudah terbalik? Ketika tangan kananmu memberi, maka tangan kirimu yang menarik banyak orang untu melihatnya. Disaat tangan kirimu memberi, bukankah mulutmu yang mengabarkannya kepada banyak telinga? Dimana KASIH yang Sempurna itu hadir dari dalam Hatimu?

Apakah kamu tau, seberapa Hebat kekuatan yang KASIH miliki? KASIH sanggup mencairkan Murka Tuhan sekalipun.

Bukankah kita dilahirkan untuk saling mengasihi? Bukankah kita hadir untuk dapat saling membantu? Lantas apa yang harus kamu tunggu dari bantuan yang kamu berikan? Bukankah itu sudah menjadi kewajibanmu?

Ingatkah kita, tentang KASIH yang sudah diberikan-Nya untuk kita?
Pemeliharaan kehidupan, Perlindungan, Kesehatan, dan semua yang terbaik yang telah Ia berikan cuma-cuma hanya karna Ia MENGASIHI umat-Nya. Lantas, mengapa kita harus berjalan tanpa KASIH didalam hati kita?

KASIH tidak hanya berhenti pada rasa kasihan. KASIH tidak hanya terucap dari kata motivasi. Tapi dari setiap tindakan kita yang NYATA, yang berasal tulus dari Hati.

Sudahkah kita dapat saling MENGASIHI? Memberi tanpa harus menunggu Upah atas Pemberian? Jangan tunggu hingga waktumu habis, tapi habiskanlah waktumu untuk dapat saling MENGASIHI.

Monday 29 July 2013

Hidup InI Milikmu, Kawan

CINTA.. Bukankah itu adalah rasa terindah yang dimiliki setiap insan? Ia hadir tanpa kita duga, dan selalu menyisakan air mata diakhir Kepergiannya. Ia datang menyapa sebagai sosok istimewa yang selalu berhasil menerobos dinding terkuat sekalipun. Ia sanggup mengubah apa yang tak mungkin menjadi mungkin. Bukankah itu sesuatu yang luar biasa?

Lantas, mengapa kini banyak diantara kita yang menyalahkannya. Menyalahkan dia yang datang menyuguhkan Kebahagiaan, namun ketika pergi mendapat caci maki Kekecewaan dari kita. Seperti itu kah cara kita berterimakasih atas Bahagia yang sempat ia berikan untuk kita rasakan?


Dulu, awalnya akupun begitu. Selalu menyalahkan keadaan juga tak lupa menyalahkan Cinta. "Kalau saja", "Andai saja" itu adalah kata - kata pembelaan yang sering kugunakan dulu. Tapi itu DULU! Sekarang, aku mencoba untuk lebih bersyukur. Atas rasa sakit? Bukan! Melainkan atas waktu dan Kebahagiaan yang pernah diberikannya. Atas setiap senyuman yang hadir karenanya. Bukankah itu sesuatu yang lebih indah untuk kita syukuri. dibandingkan semua kata - kata ungkapan Kekecewaan, kata - kata Makian, atau kata - kata sejenis itulah.


Kadang, aku sering menertawakan diriku sendiri jika mengingat semua sikap yang pernah dilakukan dulu. Tak jarang kata demi kata Kekecewaan tertumpah dalam banyak kalimat yang seharusnya tak terucap. Bukankah ini Hidup? Dimana yang Kuat akan terus Berjalan, dan yang Lemah akan tertinggal cukup jauh dari mereka. Jangan pernah mau diperbudak oleh rasa sakit. Jangan mau menjadi hamba atas sebuah rasa Kecewa! Ingat, hanya diri kita yang memiliki kuasa untuk memberikan IZIN atas rasa sakit atau bahagia yang akan ada didalam kehidupan ini. Jangan biarkan Bahagiamu direngut cuma - cuma oleh Kekecewaan.


Syukuri apapun yang kamu alami. Lihatlah dari arah berlawanan, dimana yang terbaik akan selalu mampu mengajarkan kita tentang Kebahagiaan yang tersembunyi dalam sebuah Ucapan Syukur.



Pic By: Rendy Kurniawan

Sunday 28 July 2013

Bahagia, Tinggallah Disana

Mungkin, aku pernah kau sakiti. Tak jarang, aku pun menangis karenamu. Tapi, aku pernah tersenyum karna tingkahmu. Aku pun pernah tertawa dalam pelukmu. Dan aku, pernah Bahagia bersamamu. Semua waktu yang pernah dilewati, semua kisah yang pernah terukir, semua itu akan tetap menjadi Kenangan terindahku.

Bukankah Kisah itu nyata. Bukankah setiap waktu yang terlewati itu ada. Bukankah semua itu pernah kita lalui bersama. Dimana letak kesalahannya. Dimana letak permasalahannya.

Mengapa sebuah Kesalahan selalu berhasil memisahkan Kebersamaan. Mengapa setetes air mata selalu sukses menghapus seribu senyuman. Dan mengapa, segores luka hati selalu sanggup menghancurleburkan Kebahagiaan yang pernah ada.

Bukankah ini Hati. Dimana semua perasaan bernaung disana. Dimana Logika terkuat pun akan menjadi lemah dihadapannya.

Lantas mengapa kita masih saling bersikeras atas ego. Saling menjunjung amarah yang tak pernah ada habisnya. Tak ingatkah kita pada sebuah nama yang tak pernah memberikan maafnya. Pada sebuah nama yang selalu hadir disaat kita tak mampu lagi berbuat apa - apa. Pada sebuah nama yang selalu mampu menghadirkan air mata yang tak berhujung. Nama yang sama sekali tak pernah kita sukai, Penyesalan.

Jika nama itu mulai hadir, apa yang bisa kita perbuat? Jika ia benar - benar ada, apa yang bisa kita ucapkan? Bukankah semua akan menjadi sebuah Kehancuran pada sebuah wadah bernama hati.

Hentikan Egomu, dan aku pun akan menghentikan Egoku. Sirnakan Amarahmu, dan aku akan menghilangkan Amarahku. Izinikan Bahagia itu menyapa kembali pintu yang sempat tertutup baginya. Izinkan ia kembali masuk dalam rumah Hati yang pernah kita diami. Izinkan ia tetap tinggal disana, hingga aku dan kamu benar - benar merasa cukup untuk melepas satu dan yang lainnya dalam sebuah suratan Takdir.

Thursday 25 July 2013

Janji Hati

Awalnya semua terlihat indah. Kamu diantara waktu yang menunjuk hatiku, sempat menghadirkan senyuman sempurna. Namun sayang, itu hanya sekejap. Bukankah ini sebuah Kehilangan. Dimana aku benar-benar tak bisa lagi memandangmu. Dimana yang ada hanya gundukan tanah yang tertera namamu dalam ukiran batu nisan itu. Bukankah ini sebuah Kesedihan.

Dimana aku bisa melihat kembali senyuman itu. Dimana aku bisa mendengar kembali lantunan suaramu. Dimana lagi aku bisa menyentuh ragamu. Semua sirna. Semua hilang dan lenyap.

Bukankah disini ada aku. Mengapa kau sungguh lancang pergi tanpa permisi dari hatiku. Mengapa kau lakukan itu disaat aku lupa bagaimana caranya untuk menangis. Mengapa kini kau berubah menjadi tega dan sangat kejam padaku. Mengapa?

Apa salahku, apa yang menjadi kemarahanmu atasku. Hingga kini, kau biarkan mereka mengukir namamu diatas nisan itu. Mengapa tak kau beri aku satu kesempatan. Mengapa tak ada jeda waktu untukku dapat memelukmu dalam nyataku. Mengapa?

Mungkinkah ini yang dinamakan Takdir? Mungkinkah ini yang mereka sebut Jalan Hidup? Mungkinkah sesakit ini, Jalan yang harus aku lalui?

Jika itu adalah akhir dari Jalanmu. Dan ini menjadi awal Perjalananku yang sesungguhnya, aku bisa apa? Hanya doa yang bisa aku panjatkan. Hanya Doa yang bisa aku berikan. Tenanglah kau disana. Karna aku berjanji, akan menjalani semua ini dengan Ikhlas dan dengan Semangat yang kau titipkan untukku.

Pic By: Rendy Kurniawan

Untukmu "Ayah"

Kenangan itu ada, Kenangan itu Nyata. Tapi semua terlambat. Kamu yang mengisi waktu di hidupku. Kamu yang pernah hidup dalam Harapanku. Dan, Kamu yang pernah menjadi Mimpi dalam Kisahku Bersamamu. Kini semua hanya sebatas Kenangan. Kini semua telah hilang bersama tiupan debu di tanah itu. Semua sirna bersama rasa yang sempat kau titipkan dalam jeda waktu hidupku. Semua pergi dan tak kembali.

Kamu terdiam. Kamu membisu. Hening dan Pilu. Namun aku terlalu bodoh untuk tak bicara denganmu. Egoku terlalu tinggi untuk menyapamu. Cintaku terkalahkan oleh Sakit yang sempat menyapaku. Tapi semua terlambat. Semua benar - benar berakhir. Kau pergi tanpa kata. Kau berlalu tanpa rasa untukku.

Seandainya waktu dapat kurubah. Andai saja Kenangan manis yang tersirat. Mungkin, Luka itu tak pernah ada. Hanya segaris senyum Kebahagiaan yang terlukis dalam wajah sendu itu.

Tapi kini semua terlambat. Semua telah ditentukan waktu. Kau datang dengan Kebahagiaan. Dan kini, Kau pergi menyisakan Air Mata. Doaku, tak akan pernah usai.. Untukmu "Ayah".

Tuesday 23 July 2013

Langkahku, Meninggalkan Kebisuanmu

Jika malam saja membutuhkan Bintang untuk terlihat indah, maka begitupun aku yang membutuhkanmu. Aku tanpamu, bagaikan lagu tanpa irama. Aku tanpamu, bagaikan gemericik air hujan tanpa hembusan angin. Aku tanpamu, ah sudahlah.. Semua tak mungkin kembali seperti semula.
Ketika ucapan sudah berubah menjadi janji. Ketika sikap kini berubah menjadi komitmen. Dan, ketika keseriusan mulai hadir diantara dua dialog hati. Kamu terdiam. Kamu membisu. Seakan mulutmu terkunci diantara Kebisuan yang kau ciptakan diantara dua hati.
Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku perbuat? Jika kamu saja enggan berucap satu kata tentang kita. Jika kamu saja membangun keheningan yang menjulang bagi tembok besar diantara kita. Apa yang kamu inginkan untuk kuperbuat?
Bukankah kita sudah berjanji untuk berjalan bersama. Bukankah bibir itu berucap tentang mimpi dalam iringan langkah yang sejalan. Bukankah semua dilakukan dalam sebuah Kesadaran akan Kebahagiaan yang Sejati.
Aku tak bisa, bahkan mungkin tak mampu jika harus mangkah sendiri. Kamu adalah hatiku. Kamu adalah bagian dari Perjalananku. Bagaimana mungkin aku melangkah tanpamu. Bagaimana bisa aku berjalan tanpa pemilik hatiku.
Tapi mengapa kau masih membisu. Terdiam dalam Keheningan yang mengalahkan malam. Dimana mimpi itu. Dimana kata-kata terindah itu. Kemana perginya mereka, hingga kau memutuskan untuk terdiam mematung diantara heningmu.
Mungkinkah ini adalah akhir. Atau mungkin ini adalah awal Perjalananku yang sesungguhnya. Perjalanan yang Tuhan gariskan untuk kujemput bahagiaku. Bahagia yang layak aku dapatkan dari hasil Perjuanganku.
Dengan atau tanpamu, aku masih harus tetap melangkah...

Pic By: Google

Sunday 21 July 2013

Andai Cinta Diizinkan Bicara

Rasa ini bukan Cinta, jika hanya Luka yang bersarang didalamnya. Rasa ini jelas jauh berbeda dari Cinta, apabila Air Mata yang selalu menjadi mata airnya. Cinta tak seperti ini. Cinta tak pernah menyediakan Luka untuk dialiri Air Mata. Ini bukan Cinta!

Andai saja Cinta tau, betapa buruknya ia dimata mereka yang sedang Patah Hati. Andai saja Cinta melihat, betapa Jahatnya ia hingga membuat banyak mata menangis. Andai saja Cinta mendengar, setiap isak tangis yang tercipta hanya karna Kecewa atas nama Cinta. Mungkin ia akan membenci dirinya sendiri. Mungkin ia akan menghardik namanya sendiri. atau mungkin ia akan mulai enggan menampakan dirinya lagi disetiap waktu yang berjalan seiring putaran Bumi. Ya, mungkin saja..

Jika saja mereka tau tentang Cinta. Cinta hanyalah sebuah anugerah yang membawa Kebahagiaan. Cinta datang hanya untuk memberi warna baru pada setiap hati yang mungkin mulai merasa kosong. Cinta hanyalah sebagai Pelengkap yang kini mulai disalahkan. Dimana Keadilan untuk Cinta. Dimana Kebaikan Cinta yang dihargai oleh Hati yang Tersakiti.

Kecewa membuatnya terlihat Buruk. Air Mata memberinya predikat Jahat. Tapi, siapa yang dapat melihat Ketulusan Cinta..? Siapa yang bisa mengerti rasa yang dialami Cinta..?? Hanya mereka yang mengerti Ketulusan. Hanya mereka yang berteman dengan Keikhlasan. Dan, hanya mereka yang mengerti arti Cinta sesungguhnya..

Andai Saja, Tanah Itu Bernama Impian

Hening ini menuntunku berjalan melewati malam. Detik demi detiknya seakan memacuku untuk terus melangkah. Menapaki tanah basah yang bernama kenangan. Tanah yang sama sekali tak pernah lagi ingin kulalui. Semakin aku melawan, semakin kuat pula ia menyeretku untuk terus melewatinya. Menginjaknya dan meninggalkan bekas diantaranya.

Aku tak pernah ingin melihatnya lagi. Dalam remangan sinar bulan, diantara suara nyanyian angin malam, aku terpaku dalam detik yang tak pernah mau menunggu. Apa yang harus aku perbuat? Suara nyanyian angin itu seakan menjelma menjadi satu melodi dalam sentuhan tuts piano yang kau mainkan. Apalagi ini namanya.. jika angin pun ikut bermain bersama tarian jemarimu diantara tuts-tuts yang menyulapnya menjadi nyanyian hati.

Semakin lama aku tertegun, selama itu pula langit membanjiriku dengan air matanya. Dingin yang menyentuh halus setiap kulitku, nyanyian angin diantara isak air mata langit, semua menjadikan sempurna jejak kakiku di tanah basah yang bernama kenangan itu.

Andai ia tau, aku hendak melangkah diantara tanah itu. Andai ia mengerti, betapa berat langkah kaki untuk melaluinya. Andai ia dapat pahami, tak semudah dulu aku dapat menemaninya.

Andai saja... Takdir dapat merubah tanah itu menjadi Impian, mungkin aku masih akan tetap disini. Ditempatku berdiri kini. Diantara nyanyian angin yang menjadi melodi indah dalam lagu kehidupanku. Ya.. disini.. Bersamamu, mungkin!

Saturday 20 July 2013

Tak Semudah Itu

Bukan aku tak ingin menjadi yang terbaik. Bukan juga keegoisan semata yang mungkin bertahta diantara asa. Hanya saja semua terjebak dalam rasa. Satu sentuhan terindah yang kini bersarang dalam imaji.

Jika kamu adalah aku, dan aku adalah dia. Semua tak akan serumit ini. Kebebasan akan sepenuhnya menjadi milikmu. Tapi itu tak semudah coretan tinta pada selembar kertas. Yang bisa kita ukir tanpa harus memikirkan aturan yang bernama norma.

Aku dan kamu jelas berbeda. Tak mungkin menyatu hanya karna sebuah rasa. Pertimbangan terindahpun takan mampu menyatukan dalam satu janji.

Semua ada waktunya. Semua ada masanya. Takan terjadi, bila Tuhan menggariskan lain antara jalanku dan jalanmu.

Friday 19 July 2013

Sebatas Imaji

Mungkin, aku adalah satu dari seribu bunga yang rindu akan sinaran mentari. Mungkin, aku adalah satu diantara berjuta pasir yang terhempas ombak di pesisir pantai. Atau Mungkin, aku hanyalah satu diantara mereka yang selalu memuja dan mengagumimu.

Layaknya dedaunan kering yang siap terjatuh kapanpun angin menyentuhnya. Ataukah seperti Kepompong yang siap meninggalkan cangkangnya untuk dapat terbang tinggi melihat dunia. Semua itu hanyalah kemungkinan yang bersarang dalam Imajiku.

Sebuah Imaji yang selalu rindu akan sesuatu yang dapat menghangatkannya lagi. Bukan Cinta yang tiba - tiba datang. Bukan juga Kasih yang hadir tanpa sebuah Proses. Melainkan Waktu yang memberikannya izin untuk memproses setiap hati yang berjarak tak lebih jauh dari sebuah Doa.

Bintang, Aku Jatuh Cinta

Jangan pernah menyapa jika kelak kau akan menghilang. Karna semua itu hanyalah sebuah ilusi dalam mimpi yang tak ku ketahui kapan akan menjadi nyata. Kamu adalah bintang dalam malamku. Hadirmu yang selalu kunikmati dalam hening malam, membuatku semakin cinta pada masa dimana sang mentari mulai enggan menampakkan kembali wajahnya.

Tak hanya satu atau dua kali aku menantimu. Tak hanya satu atau dua jam aku menikmatimu. Tak habis satu atau dua tahun aku merindukanmu. Semua itu kunikmati dalam kesendirianku. Dalam diam dan bungkamku.

Apa yang bisa meyakinkanku tentang bintang yang jatuh cinta pada sang pasir pantai ini. Semua hanya ilusi. Impian yang tak akan mungkin menjadi nyata.

Kumohon... tetaplah menjadi bintang disana. Ditempat yang seharusnya kau berada. Tak perlu kau pedulikan rasa si pasir pantai. Karna ia akan selalu berada disana untuk menanti malam. Memejamkan matanya, sebelum kemudian ia bermimpi tentang bintang yang selalu menjadi semangatnya.

Tuesday 9 July 2013

Untukmu, yang baru mengenal Cinta

Sebuah perkenalan yan tak disengaja. Semua terjadi begitu saja, mengalir tanpa paksaan. Senyuman yang mengembang menandakan adanya kebahagiaan. Kamu. Ya, kamulah Bahagia itu. Kamu yang tiba-tiba hadir dan memberiku warna baru. Kamu yang tersenyum dengan segala kesederhanaanmu. Dan kamu, yang juga masuk tanpa permisi kedalam hati ini. Ya, hanya kamu yang bisa melakukan itu semua.

Tuesday 14 May 2013

Sentuhannya..

Cinta, sebuah kata yang memberikan rasa luar biasa bagi para penikmatnya. Ia sanggup menghadirkan senyuman disela air mata. Namun, tak jarang ia mengundang banyak tetesan air mata, hanya untuk sekedar pelengkap rasa yang ditaburkannya.

Cinta tanpa air mata, seperti menahan Rindu dalam ribuan detik yang tak kunjung habis.

Jika ia mulai menyapa sisi hatimu, maka bersiaplah menerima sesuatu yang baru, yang tak pernah kamu rasakan sebelumnya. Ia akan berdiri mengetuk pintu hatimu, mencoba menerobos masuk untuk mengisi setiap ruang yang ada didalamnya.

Ditaburkannya benih-benih yang bernama Asmara. Benih yang kelak akan tumbuh dan menjadi besar. Menghasilkan sebuah bunga yang indah dalam perpaduan warna yang menawan, dihatimu.

Thursday 7 February 2013

Ketika Habis Waktuku

dan ketika telah habis waktuku
berakhir diantara sebuah kebahagian
tiada lagi mendampingi kalian didalam perputaran waktu

aku mohon jangan bersedih

berikan senyuman terindah kalian
tampilkan yang terbaik yang kalian miliki
sebab disana aku pasti akan sangat merindukan kalian

setiap kisah yang sempat terukir bersamaku
simpan itu baik2 . jaga semua itu dan jangan sampai terkikis
karna ketika kalian merindukanku . disitulah kalian akan mendapati senyumanku dan kebahagiaanku .

Pelangi Sehabis Hujan


Malam ini terasa sangat dingin, angin yang berhembus pun terasa tak bersahabat dengan kulitku, tetapi aku tetap memutuskan untuk berada disini . Dihalaman belakang rumahku . Menikmati keindahan langit bersama bintang-bintang disisinya, sungguh keindahan yang luar biasa bagiku . Sekilas terbayang kenangan itu, dimana aku masih dapat menjalani hari-hariku bersama Frizky .
"Ah mungkin ini hanya khayalanku saja . Berharap ada seseorang disampingku, menemaniku dan sedikit berbincang-bincang denganku" bisik hatiku .

Malam semakin sunyi . Gelapnya langit tak mengurungkan niatku untuk tetap berada disini . Aku selalu menyukai suasana malam . Entah apa sebabnya aku pun tak pernah tau, yang aku tau di dalam malam ada sebuah kedamaian .


Lagi-lagi kenangan itu terlintas . Kejadian beberapa tahun silam bersama mereka . Bercanda dan tertawa bersama . Berlari dan berbagi cerita satu dengan yang lainnya . Frizky, Nia, aku rindu kalian .


"Ahh, sudahlah ! Untuk apa kamu ingat-ingat mereka lagi Ra, toh mereka tak sedikitpun mempedulikan perasaanmu waktu itu !" hatiku, seolah tak menerima jika aku merindukan mereka . Mungkinkah aku masih belum tulus memaafkan mereka... ?


"Nia... Nia... Kenapa sih kamu tega lakuin ini ma aku ?" lagi-lagi aku pun meratapi kisah ini .


Nia... ! Dia dulu sahabatku, seseorang yang mengerti aku, memahamiku dan selalu ada disaat aku mulai tak mampu mengatasi setiap cobaan yang hadir dihidupku . Sahabat yang sangat baik dimataku, sampai suatu ketika aku memergoki mereka sedang berpelukan dan bercanda mesra dibelakangku . Ya... ! Nia dan Frizky ! Sahabat dan kekasihku !!

Entah apa yang aku pikirkan saat itu, yang aku tau ada luka dihatiku melihat kejadian itu, luka yang teramat perih yang membuat air mataku menetes diantara kedua bola mataku .

"Niaa... Frizky... !!" dengan sisa kekuatan yang ada padaku saat itu, aku mencoba memanggil mereka dan menghampirinya .

Tak banyak kata-kata yang terucap pada saat itu . Hanya sebuah tamparan yang kutujukan pada wajah Frizky sebagai ungkapan rasa kekecewaan'ku terhadap mereka .

"Kalian berdua tega ya, ga nyangka gw punya sahabat kaya lo Ni !" dengan tersedat aku coba mengutarakan rasa kecewaku terhadap perilaku Nia .


"Tapi Raa..." sela Nia


"Diem lo !! Dan lo Frizky, kita putus !! Gw ga nyangka ya lo jahat banget dan gw udah salah nilai lo selama ini !! Ternyata lo sebusuk ini !!" tanpa mau mendengar penjelasan dari mereka, aku bergegas meninggalkan tempat itu .


"Raraaa...."

aku tau Frizky memanggilku, namun hati ini cukup sakit untuk menoleh atau mungkin menahan langkah kakiku . Yang ada dibenakku saat itu hanyalah bagaimana caranya agar secepatnya aku bisa meninggalkan tempat itu .

Sejak saat itu aku sama sekali tak pernah mau untuk bertemu atau hanya sekedar berkomunikasi dengan salah satu diantara mereka . Aku tau ini salah, pergi tanpa mendengarkan sedikit penjelasan dari mereka . Tapi hatiku yang inginkan ini, karna hati ini telah terluka dalam oleh perbuatan mereka .


"Huuuffftttt..." aku mencoba menarik nafas panjang untuk sedikit mengurangi kepedihan akan kisah masa laluku .

Ku minum secangkir teh hangat yang tadi sempat aku bawa dari dalam rumah, kini rasanya sudah tak hangat lagi . Mungkin karna udara malam ini cukup dingin sehingga sangat cepat membuat teh ini menjadi lebih cepat dingin .

Kembali ku arahkan pandanganku diantara langit malam ini . Lagi- lagi pikiranku melayang pada kisah-kisah masa laluku itu .

Nia.. Nia... !! Sesungguhnya aku sudah memaafkan kalian kok, sejujurnya memang ada rasa sakit didalam hatiku, tapi aku mencoba untuk ikhlas menjalaninya . Nia, aku ingin berjumpa dan bercanda seperti dulu lagi . Nia dimana kamu sekarang...

Masihkah ada waktuku untuk dapat bertemu sahabatku itu ya Tuhan, sesungguhnya aku telah memaafkan kesalahan mereka dan mencoba mengikhlaskan rasa sakit itu . Kini ada sebuah kerinduan yang bersarang dihatiku akan kehadiran seorang sahabat lamaku itu .


Tiiittt... Tiiiittttt....

Suara itu berasal dari hp mungilku . Dengan cepat kuraih hp yang ada diatas meja itu . Kulihat dan mulai kubaca pesan yang tertera dilayar hp kecilku . Ternyata dari irvan .
"Good night dear..." sangat singkat namun mampu membuatku merasakan sedikit kebahagiaan malam ini .

Dengan wajah tersenyum aku pun berkata didalam hatiku...

"Nia, Frizky... Thank's . Karna kalian telah memberikanku sebuah rasa kecewa yang mengajarkan aku secara tidak langsung akan sebuah keikhlasan ." Sampai akhirnya aku bertemu dengan seseorang yang memang benar-benar mengerti dan menyayangiku . Ya orang itu adalah Irvan . Sosok laki-laki yang sangat aku harapkan selama ini . Tidak banyak bicara namun banyak bertindak, santun yang sopan dan juga kesabaran yang sangat membuatku merasa nyaman berada disisinya . Itulah Irvan kekasihku saat ini .

Tuhan, apakah ini yang banyak orang itu bilang "Pelangi sehabis hujan ??" Jika ya, aku akan sangat bersyukur atas hujan itu didalam hidupku, karna hujan itu telah membawaku pada sebuah kebahagiaan yang baru . Dan sepertinya udara malam ini pun mulai tak bersahabat lagi denganku, maka dengan segera aku masuk kerumah dan bersiap untuk terlelap dan merangkai sebuah mimpi indah bersama-sama dengan mereka . Nia, Frizky dan juga Irvan...

Aku dan Hujan

Aku masih disini, berada diantara jendela kamarku. Memandang kosong jauh keangkasa. Menikmati setiap tetesan air hujan, menerawang jauh kemasa laluku yang kini hanyalah sebuah kenangan indah. Disana aku yakin ada dia, tersenyum menatapku bersama kenangan-kenangan indah tentang kita dan hujan.

Hujan. Dulu diantara tetesan itu aku dan dia pernah tertawa bersama, berlari bahagia. Seolah hanya kebahagiaan yang kita miliki saat itu. Indah rasanya ketika setiap tetesannya membasahi diri dalam balutan kasih sayangnya.


Tapi kini semua itu hanya sebuah kenangan, setelah beberapa tahun silam ia dengan teganya meninggalkanku sendiri disini. Membiarkanku bernafas diantara kenangan-kenangan tentangnya. Sedikit teringat kisah itu, dimana setelah kami menghabiskan malam bersama, ia pergi meninggalkanku untuk selamanya. Ternyata itu adalah malam terakhirku bersamanya, bercanda dengannya, tertawa bersama dan merangkai harapan-harapan masa depan yang kini hanya menjadi sebuah harapan semu bersamanya.


Aku suka hujan, karna hujan yang mempersatukan kami, didalam hujan ada tawa lepas dari bibirnya, dan hujan selalu mengingatkan aku tentang sosoknya. Hujan. Disana terlalu banyak kenanganku bersamanya!


"kak, mau aku buatkan teh ?" tanpa aku sadari tere sudah berada disisiku.

"boleh". Jawabku singkat tanpa melepaskan pandanganku dari setiap tetesan hujan kala itu.

Ya, tere memang adik yang cukup perhatian. Mungkin karna ia sangat mengerti keadaanku. Hanya tere satu-satunya orang yang tau semua kisah tentangku. Waktu demi waktu yang kuhabiskan bersamanya, sampai akhhirnya dia pergi untuk selamanya dari kehidupanku, tere selalu ada disampingku. Menyemangatiku tanpa sedikitpun berusaha untuk membuatku melupakan semua kenangan tentangnya. Tere selalu mengerti tentang keadaan hatiku, terlebih lagi ketika hujan mulai membasahi bumi, pasti ia dengan segera menghampiriku.

Itulah adik kesayanganku.

"Huuufftt" aku mencoba menarik nafas panjang untuk sedikit meringankan perasaanku saat ini. Namun rupanya itu tak cukup banyak membantuku. Pikiranku terus melayang bersama kejadian demi kejadian yang pernah aku lewati bersamanya. Terkadang aku bertanya didalam hati. "Tuhan, mengapa begitu cepat Engkau ambil dia dari sisiku". Namun tak ada jawaban. Hening dan sepi !!


"kak, ini teh nya!" setelah meletakan segelas teh hangat diatas meja tere menghampiriku.

"jangan lupa pakai baju hangat kak, anginnya ga bagus". Adikku yang satu ini memang sangat perhatian padaku .

"ya". Lagi-lagi jawabku singkat. dan tanpa harus kuminta tere pun bergegas meninggalkan kamarku, sebab ia tau kebiasaanku dikala aku tengah menikmati tetes demi tetes air hujan yang turun.


"huuuffftt" untuk kesekian kalinya aku menarik nafas panjang, mencoba menetralisir setiap gejolak perasaan yang mulai tak dapat ku kendalikan.


Hujan. Menyimpan banyak misteri didalamnya. Termasuk misteri hidupku yang tak pernah ku ketahui apa yang akan terjadi beberapa saat kemudian.

Yang pasti apapun itu tentang hujan, aku tetap suka hujan !! Karna disana, ada kenanganku bersamanya.

Nusantara... Waktu diantara putih dan abu-abu


Kadang....
Kita tak pernah tau, berapa lama waktu yang diberikan oleh-Nya untuk kita dapat mengaplikasikan rasa sayang kepada orang2 terdekat kita....

Berbicara tentang waktu dan kasih sayang, aku teringat seseorang. Dimana dia hanya memberikan sedikit waktunya untuk sedikit melukis keindahan dalam perjalanan hidupku. Tidak lama, bahkan kurang dari satu minggu dia hadir dalam perjalanan kisah hidupku.

Dalam waktu yang sangat singkat, dia banyak memberiku pembelajaran dan pengalaman tentang sebuah kehidupan. Dia bercerita tentang alur hidup dan pandangan hidup yang sangat berbeda dari setiap pemikiran orang-orang kebanyakan. Tentang sebuah warna abu-abu yang ada didalam hidupnya, juga tentang kesabaran serta keikhlasan dalam hal membantu sesama.

Dari dia, aku belajar, tentang waktu yang tak dapat diputar kembali ! Tentang pandangan hidup yang akan berubah seiring berjalannya waktu ! Terlebih lagi, tentang kebersamaan dalam kasih sayang yang tak mungkin dapat terulang kembali !

So, hargailah waktumu dengan siapapun orang yang berada disampingmu saat ini. Jangan pernah sia-siakan itu walau hanya sedetik. Karna disaat semua harus berakhir, yang tersisa hanyalah sebatas waktu dan kenangan yang terukir.

Terima kasih kawan karna kamu mau meluangkan sedikit waktumu untuk sebuah pelajaran yang sangat berharga untuk perjalanan hidupku kelak. Semoga disana kamu pun akan menemukan warna-warna indah yang akan selalu dapat mewarnai lembar hidupmu. Hingga tak ada lagi warna abu-abu, melainkan yang ada hanyalah warna-warna keindahan yang tergambar didalam raut wajahmu.

Putih diantara Hitam

Berjalan melawan waktu,
mengukir setiap garis dalam kanvas kehidupan...
Memberinya warna tanpa harus ku lukis....

Berbalut kebahagian warna itu terlihat indah...
Tergores kepedihan, akan tampak jelas sebuah warna lain....
Bukan hitam atau putih,
melainkan abu-abu....

Karna putih,
tak selamanya indah
Tetapi menjadi sebuah dasar hidup atas bahagia atau kesedihan..

dan hitam,
Tidak selamanya menjadi kekelaman
Ada batasan garis yang membuat lukisan itu indah..


Bukan karna ia tergores warna hitam,
melainkan karna hitam memberinya keindahan yang nyata..

Hanya membutuhkan sebuah keyakinan,
atas warna dominan didalam hidupmu.


tak harus selalu cerah,
dan hitam tak selamanya kelam.


sebab diantaranya selalu ada keindahan..

Lihatlah langit malam itu,
Terlihat sangat indah dalam perpaduan dua warna inti..


Sebab,

didalam hitam akan selalu ada warna putih
yang membuatnya menjadi lebih indah..

Pemikiranmu tak seindah RencanaNya... !!

Kita tak pernah tau apa yang akan terjadi dihari esok. Kita hanya dapat berusaha semaksimal mungkin untuk sebuah kesempurnaan dihari ini. Walaupun pada umumnya kita sudah lebih mengetahui bahwa tidak akan pernah ada sesuatu yang sempurna di dunia ini...

Terkadang kita berpikir tentang cara bagaimana kita dapat mencapai sebuah kesuksesan.

Semakin keras kita berpikir, maka semakin besar pula keinginan kita untuk segera mencapai sesuatu yang kita anggap benar. Seringkali apa yang kita lakukan tidak sejalan dengan kebenaranNya. Kita hanya memikirkan berbagai cara untuk menuju sebuah kesuksesan. Tak sedikit diantara kita dapat menghalalkan banyak macam cara untuk memenuhi keinginan yang semakin hari semakin menguasai hidup kita.

Tak heran... Ketika kita tak dapat mencapai tujuan itu, atau mungkin kita mengalami banyak kegagalan, kita selalu menyalahkan keadaan dan juga berpikir negativ kepadaNya. Berpikir bahwa IA sudah tidak peduli kepada kita, bahwa IA sudah pergi jauh dari kehidupan kita, dan akan mucul sebuah pertanyaan 'mengapa IA mengizinkan semua ini terjadi ?'. Sebab tak akan pernah ada sesuatu hal sekecil apapun itu, yang dapat terjadi tanpa seizinNya. Dan ingatlah satu hal, bahwa TIDAK pernah ada sebuah KEBETULAN didunia ini, karna IA telah lebih dulu merancang kejadian demi kejadian didalam kehidupan kita.

Semua itu tak akan terjadi, apabila kita mau untuk membuka diri dan lebih mendekat lagi kepadaNya. Sebab disanalah kita akan mengerti bahwa 'terlalu indah rencanaNya untuk hidup kita'. Baik hati, hidup, dan juga masa depanmu. IA lebih dulu tau apa yang kamu inginkan, apa yang kamu perlukan, dan apa yang hanya menjadi obsesimu semata. IA tidak akan pernah memberikan duri bagi kamu yang meminta roti kepadaNya. Karna IA sangat menyayangi kita lebih besar dari apa yang kita ketahui.

Jangan pernah sombong atas apa yang kamu miliki saat ini. Jangan pernah berpikir, apa yang kamu miliki saat ini memang PANTAS kamu dapatkan karna usaha yang sudah kamu lakukan. Ketahuilah, IA memberikan banyak cobaan kepada umatNya untuk mengetahui seberapa cintakah mereka kepadaNya. Tak sedikit orang yang diuji oleh kesuksesannya atau kesulitannya dalam menjalani hidup ini. Berpikirlah bijak, disaat kamu memiliki kesuksesan anggapkah itu sebagai pesan untukmu. Agar kamu dapat lebih leluasa untuk menjangkau orang2 yang membutuhkan bantuanmu demi kelangsungan hidup mereka. Atau mungkin disaat kamu merasa kesulitan, berpikirlah bahwa IA sedang menginginkan kesabaran yang lebih lagi darimu dan rasa syukur untuk setiap karunia yang telah IA berikan kepadamu. Setia lah terhadap perkara kecil yang IA berikan kepadamu, maka IA akan memberikan yang lebih indah untuk kamu nikmati kedepannya.

Ingatlah satu hal....
Kebahagiaan TIDAK bergantung kepada apa yang kamu miliki saat ini, melainkan tergantung kepada PEMIKIRAN dan seberapa jauh kamu dapat MENSYUKURI setiap nikmat yang telah IA sediakan bagimu....

Wednesday 6 February 2013

Harga Sebuah Senyuman


Awalnya biasa saja, dan memang seharusnya pun biasa. Tidak ada sesuatu yang istimewa dariku yang dapat menarik perhatiannya.

Sampai tiba pada satu waktu, ketika aku hendak pergi ke toko buku, ditengah perjalanan aku ditabrak oleh pengendara motor yang tidak bertanggung jawab. Luka ku tidak parah sih, tapi cukup membuat aku tidak mampu berjalan saat itu. Mungkin hanya keseleo, pikirku singkat. Aku berusaha bangkit dan mencoba untuk berjalan. Namun gagal. Lagi-lagi aku terjatuh dipinggiran jalan. Banyak orang yang lewat didepanku, tapi tak ada seorangpun yang mau untuk menolongku. Aku berusaha sekuat tenaga untuk bangkit. Ku urungkan niat untuk pergi ke toko buku, yang ada dibenakku saat ini hanyalah "bagaimana caranya aku dapat kembali kerumah dengan keadaan seperti ini".


Disaat aku disibukkan oleh usahaku untuk dapat berdiri, tiba-tiba dari samping ada seseorang yang memegang lenganku dan mencoba untuk memapahku. Tak ada satu katapun yang diucapkannya. Dan anehnya, aku pun membiarkan dia untuk memapahku menuju halte yang ada disana. Cukup sepi. Mungkin karna ini jam kerja, jadi tidak banyak orang yang berada diluar gedung. Apalagi dipinggiran jalan sepertiku kini. Tapi ngomong-ngomong siapa pria ini ? Kenapa dia tiba-tiba menolongku ? "ah mungkin hanya orang yang kasihan melihatku yang tak dapat berdiri sendiri".


"Kaki kamu kenapa ?" tiba-tiba pria itu bertanya kepadaku. Spontan aku terkaget karna tak mengira dia akan bertanya kepadaku.


"I.. Ini tadi keserempet motor." jelasku terbata-bata, masih dengan ekspresi wajah yang meringis menahan sakit.


"Kenalin.. Aku Dion." ucap pria itu sambil mengulurkan tangannya.


Tak banyak kata ku ucapkan kepadanya, sambil menyambut uluran tangannya, aku pun menyebutkan namaku "Tara."


"Tara... ? Aku kira Taro..." godanya sambil tersenyum kecil


"Apaan sih ni orang, baru kenal udah berani ngeledek gitu." gerutuku dalam hati.


"Becanda kali, ga usah cemberut gitu." ujar Dion yang melihat rau mukaku berubah.


Aku tak membalas ucapannya, hanya sedikit tersenyum kepadanya sambil kembali meringis menahan rasa sakit di kakiku.


"Rumah kamu dimana Ra ? Biar sekalian aku anter kamu pulang."


"Ga jauh dari sini koq, ga apa-apa aku bisa pulang sendiri. Makasih untuk tawarannya." tolak ku secara halus agar Dion tidak tersinggung. Tapi sepertinya kali ini alam berpihak kepadanya. Tanpa ada aba-aba lain air hujan turun dengan derasnya.


"Kamu tunggu sini yah, jangan kemana-mana." pinta Dion sebelum ia pergi meninggalkanku dan berlari kearah dimana tadi ia menolongku.


Dion... ? Baik banget sih tu cowo, selain baik dia juga tampan dengan tubuhnya yang tinggi, potongan rambut pendek membuat penampilannya semakin terlihat keren.


"Mikir apa sih aku, kenapa tiba-tiba jadi mikirin Dion ? Helloo Tarraa... Kenal Dion aja belum satu jam, ga mungkin kan kamu jatuh cinta sama dia. Jatuh cinta ? Whaatt kenapa aku bisa berpikiran sampai kesana ?" saat itu seolah-olah aku sedang berdialog dengan hatiku. Banyak pertanyaan yang muncul hanya karna kehadiran Dion.


Belum selesai aku menjawab semua pertanyaan didalam hatiku, tiba-tiba Dion sudah memegang bahuku dan memapahku menuju mobil Jazz putih yang sudah terparkir dihadapan kami. Seakan terhipnotis, aku pun mengikuti langkah kakinya dan masuk kedalam mobil. Tak banyak percakapan kami saat itu, hanya berbagi no tlp dan menunjukkan alamat rumahku.


Sesampainya didepan rumah, Dion memapahku dan mengantarku masuk hingga kedepan pintu rumahku. Kehadiran Dion disambut hangat oleh keluargaku. Mungkin karna Dion sudah menolongku. Tapi entahlah karna aku memutuskan untuk langsung menuju kamarku dan membaringkan tubuhku disana.


***


Sejak perkenalan saat itu, aku dan Dion menjadi sahabat. Tidak terasa sudah hampir setahun lebih persahabatan kami berlangsung. Banyak hal yang kami lalui bersama-sama. Dion anak pertama dari dua bersaudara. Dia memiliki adik perempuan yang sangat cantik bernama Puput. Sejauh ini aku cukup akrab dengan keluarganya Dion, terlebih lagi dengan Puput. Kadang kami pergi bersama, walau hanya sekedar jalan-jalan dan makan saja. Begitupun Dion, nampaknya Dion pun berhasil merebut perhatian keluargaku. Bahkan sampai-sampai keluargaku tak pernah melarangku jika aku akan pergi keluar bersama Dion.


Lama kelamaan aku merasa sangat nyaman jika berada disamping Dion. Mungkinkah aku jatuh cinta kepadanya ? Sampai saat ini pertanyaan itu yang sering singgah didalam benakku. "Bagaimana jika aku mencintai Dion ? Apakah Dion juga mencintai aku, atau hanya menganggap aku sebagai sahabatnya saja ?" akh entahlah, semakin kupaksakan untuk menjawab rasanya semakin pusing hatiku dibuatnya. Biarkanlah semua berjalan mengalir seperti air. Toh jika memang jodoh, kelak kami akan bersama juga.


"Doorrr... Hayoo mikirin siapa, sampai ngelamun kaya gitu." tiba-tiba Dion sudah berada disampingku dan mengambil novel yang sedang aku baca. Ya... Itulah Dion, selalu bersikap semaunya. Tapi aku suka...


"Apaan sih kamu, kebiasaan banget. Kalo aku jantungan gimana hayo, mau tanggung jawab ?" ucapku ketus seakan-akan aku marah kepadanya.


"Kalo kamu jantungan, aku bakalan gantiin jantung kamu pake jantung aku. Biar kamu bisa ngerasain kekuatan jantung aku." ucapnya santai. Aku tau saat ini Dion pasti sedang becanda, tapi entah kenapa hatiku rasanya senang mendengar ucapannya tadi.


"Tumben kesini, pasti ada maunya ya." ucapku datar


"Tau aja sih Ra, ia nih lagi galau. Kamu inget Restu kan, minggu lalu dia udah balik ke Indo. Terus semalam dia tlp aku, minta balikan gitu." jelas Diaon sambil memainkan buku novel yang tadi sedang aku baca.


"Restu... ?? Wanita yang selama ini Dion cintai, cinta pertamanya Dion ? Ya Allah, kenapa rasanya hati ini tidak rela ya mendengar mereka akan bersatu kembali." bisikku dalam hati.


"Sumpah Ra, aku seneng banget. Makanya aku kesini mau ajak kamu keluar. Nanti sore aku janjian buat ketemu sama Restu. Naahh... Aku mau kenalin kamu ke Restu. Jadi sekarang kamu siap-siap dulu gih." lagi-lagi perkataan Dion tadi seperti irisan pisau dihatiku. Rasanya sangat sakit. Kenapa aku harus bersedih mendengar orang yang aku cintai bahagia ?


"Ok.. Bentar ya aku mandi dulu." dengan segera aku langkahkan kaki menuju kamarku. Sesampainya didalam kamar aku tidak segera mandi, melainkan terduduk dibalik pintu kamarku. Rasanya sangat sakit, bahkan lebih sakit dari sebuah luka goresan. Dion... Kenapa disaat aku menyadari bahwa aku memang sudah benar-benar jatuh cinta kepadamu, disaat itu pula kamu harus pergi menjauh dariku.


Ya Allah... Kenapa rasanya seperti ini. Seakan tak rela melepas Dion dari sisiku. Tapi aku tak boleh egois. Ini demi kebahagiaan Dion, yang pastinya akan menjadi kebahagiaanku juga. Dengan cepat kuseka air mataku. Dan bergegas ku langkahkan kaki menuju kamar mandi.


***


benakku dipenuhi banyak pertanyaan. Hatiku pun terasa hambar. Enatah apa yang membuatku menjadi seperti ini. Dalam diam aku berdoa, berharap semua ini hanya mimpi. Tapi aku tidak mimpi !! Kurasakan air mataku menetes dipelupuk mataku. Ya Allah, semoga Dion tidak memperhatikan gelagatku yang aneh sore ini.


Kami duduk di foodcourt, menunggu Restu yang masih dalam perjalanan. Aku hanya memain-mainkan sedotan didalam gelas yang terletak persis dihadapanku. Benakku benar-benar dipenuhi rasa ingin tau, wanita seperti apa yang dapat membuat Dion sesetia ini. Ku lihat Dion asik dengan hp nya. Entah apa yang sedang ia lakukan. Ku tatap wajahnya dalam-dalam. Ada segurat kebahagiaan disana dan aku sangat yakin, ia bahagia bukan karna saat ini sedang bersamaku, melainkan karna sebentar lagi Dion akan berjumpa dengan pujaan hatinya.


Lagi-lagi hati ini terasa sakit. Dadaku sesak menahan perasaan yang bercampur aduk. Ingin rasanya aku berteriak didepan wajah Dion, mengatakan kepadanya bahwa aku sangat mencintainya. Mungkin jauh sebelum Restu hadir kembali didalam hidupnya. Tapi sejenak aku berpikir, untuk apa kulakukan semua itu ? Hanya akan membuat Dion bingung akan hatinya. Dan aku tidak pernah menginginkan Dion bersedih, apalagi gara-gara aku.


"Hey.. Udah lama yah ? Maaf tadi macet banget dijalan." terdengar suara seorang wanita yang menyapa Dion.


Ku tolehkan pandanganku untuk mengetahui siapa yang telah menegur Dion. Dan aku hanya mampu terdiam. Benar-benar sempurna. Layaknya seorang bidadari yang turun dari khayangan. Cantik sempurna, bahkan aku pun terkagum-kagum dibuatnya. Matanya coklat alami, rambut terurai panjang, dan terdapat lesung dipipi kanan dan kirinya. Kulitnya putih bersih, dia cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita. Sekali lagi aku bergumam didalam hati, "Subhanallah... Benar-benar sempurna ciptaanMu ya Allah."


"Ga kok, baru beberapa menit yang lalu." ucap Dion menjawab pertanyaan wanita itu yang sangat kuyakini itu adalah Restu.


Restu hanya tersenyum mendengar jawaban Dion. Sambil membenarkan letak tasnya, Restu pun memandangku dan melempar senyuman yang ramah kearahku. Tidak ada alasan untuk aku tidak membalas senyumannya.


Lagi-lagi dia bersikap sangat ramah terhadapku. Diulurkan tangannya kearahku sambil tersenyum dan menyebutkan namanya, "Restu."


Dengan segera aku pun membalas jabatan tangannya sambil tersenyum, "Tara."


tangannya begitu lembut. Tak heran Dion sangat tergila-gila kepadanya. Selain Fisiknya terlihat sempurna, perilaku dan tutur bicaranya pun sangat sopan. Lagi-lagi aku bergumam "sempurna", mengagumi ciptaan Allah yang satu ini.


"Tara ini sahabat aku Res, dia yang selalu support aku saat kamu pergi." penjelasan Dion tak cukup membuatku lega, bahkan timbul rasa sakit disana.


"Sahabat." Ternyata benar dugaanku selama ini, Dion hanya menganggapku sebagai sahabatnya. Tak lebih. Mungkin memang aku yang terlalu berharap banyak kepadanya. Tapi sudahlah, saat ini aku tidak boleh memperlihatkan kesedihanku dihadapan mereka. Biarkan saja kebahagian mereka terasa sempurna tanpa adanya kesedihan diraut wajahku.


Ku lihat Restu dan Dion asik dengan topik bahasan yang sedang mereka perbincangkan. Sementara aku lebih banyak diam dan bermain dengan pemikiran dan perasaanku. Tiba-tiba hp ku berbunyi. Ku lihat nama yang muncul dilayar hp ku. "Puput".


"Halloo..."


"Halo kak, lagi dimana ?" terdengar suara Puput yang cukup manja disebrang sana.


"Lagi nemenin kak Dion ketemuan sama pacarnya, kak Restu." jelasku. Berharap Puput akan datang dan menemaniku saat itu.


"Ngapain sih jadi obat nyamuk disana, mending temenin Puput cari buku ke Gramedia mau ga ?"


Tanpa banyak berpikir, aku pun langsung mengiyakan permintaan Puput dan segera menutup tlp nya.


"Ion... Aku pulang duluan yah, tadi Puput tlp minta ditemenin nyari buku. Ga apa-apa kan, toh sekarang udah ada Restu." aku berusaha tersenyum setulus mungkin dihadapan mereka, walau sesungguhnya hatiku terasa sangat sakit melihat kedekatan mereka saat ini.


"Oh.. Ok, hati-hati kamu dijalan yah Ra." ucapan Dion hanya terdengar samar ditelingaku. Tanpa berucap lagi, aku pun bergegas membalikan badanku dan berjalan cepat meninggalkan mereka.


Tanpa aku sadari air mata ini sudah mulai menetes. Setetes demi setetes yang akhirnya membentuk aliran sungai diwajahku. Ya Allah... Ada apa ini, mengapa rasanya sangat sakit dan benar-benar sakit ? Aku tidak ingin seperti ini, aku ingin Dion bahagia. Kebahagiaannya jauh lebih penting bagiku. Maka berikanlah aku hati yang tulus dan ikhlas untuk menerima apa yang mungkin kelak akan terjadi.


Sepanjang perjalanan, air mataku tak hentinya menetes. Entah apa yang aku tangisi, tapi rasanya cukup sakit dan mampu membuat dadaku menjadi sangat sesak. Dion... Laki-laki yang aku cintai. Laki-laki yang selama ini selalu ada didalam hari-hariku. Mungkinkah kini ia akan pergi meninggalkanku, yang hanya sebatas sahabat dimatanya. Aku tidak rela, bahkan sangat-sangat tidak mampu untuk kehilangannya. Tapi apa yang dapat aku lakukan jika Dion lebih memilih Restu dibanding aku ?


Ya Allah... Segera akhiri perasaan ini. Aku ingin mencintainya kerna memang Engkau yang memberikan rasa itu untuk ada didalam hatiku. Tidak seperti ini yang hanya menjadi sebuah keegoisan didalam diriku sendiri.


***


"Kakak abis nangis ya ?" pertanyaan Puput cukup membuatku kaget.


"Nangis... ? Ngga kok, mungkin kelilipan debu tadi dijalan." sebisa mungkin aku mencoba menyembunyikan perasaanku didepan Puput.


"Kakak ga usah bohong, Puput bukan anak kecil lagi kak. Puput tau kok, kakak cinta kan sama kak Dion ?" kembali Puput bertanya sambil merangkulku.


Aku tak dapat menjawab pertanyaan Puput, rasanya bibir ini kelu dan tak dapat berucap sepatah kata pun. Hanya tetesan air mata yang menggambarkan betapa sesak dadaku saat ini.


"Kalo kakak mau nangis, nangis aja kak. Itu wajar kok, setidaknya air mata kakak bisa sedikit meringankan rasa sakit dihati kak Tara." hibur Puput sambil memelukku.


Aku pun menangis sejadi-jadinya. Dalam isak tangisku, aku berdoa. Semoga setiap tetes air mata ini dapat menjadi kebahagiaan untuk Dion. Betapa besar rasa cintaku untuknya. Dan aku tak pernah berharap Dion dapat membalas perasaanku sebesar rasa yang ada didalam hatiku saat ini.


***


Sesampainya dirumah aku langsung bergegas memasuki kamarku. Menaruh tas diatas meja riasku, dan membuka lemariku untuk mengambil notebook kesayanganku. Disanalah kutulis semua perasaanku kepadan Dion. Kata demi kata aku rangkai menjadi beberapa kalimat, dengan lincah jemariku terus mengetik apa yang ada didalam pikiranku saat itu.


Hatiku terasa sakit, terlebih lagi ketika melihat Dion bermesraan dengan Restu tadi. Tak dapat kugambarkan rasa perih yang kurasakan saat ini. Sempat aku menginginkan akulah yang menggantikan posisi Restu saat itu. Namun aku adalah wanita yang cukup tahu diri. Tak mungkin Dion mau bersamaku, apalagi menjadikanku sebagai kekasihnya. Mungkin inilah takdirku. Hanya dapat mencintai Dion didalam doa-doa yang setiap malam aku panjatkan kepadaNya. Sebab hanya kepadaNya lah aku dapat mengadu semua kegelisahanku. Kegelisahaan dan ketakutanku akan kehilangan Dion.


***


Sebulan sudah waktu berlalu semenjak aku dikenalkan dengan Restu saat itu. Hubungan aku dan Dion pun semakin merenggang, entah karna mungkin Dion sibuk dengan aktivitasnya, atau mungkin Dion sibuk dengan Restu kekasihnya. Entahlah, aku tak ingin berburuk sangka dulu terhadap Dion. Yang aku tau, Dion bukanlah tipe orang yang dengan mudahnya melupakan teman apalagi sahabatnya. Apapun yang sedang dilakukan Dion saat ini, aku selalu berharap dan berdoa agar Allah selalu memudahkan setiap urusannya dan memberikannya jalan keluar yang terbaik pada setiap masalah yang mungkin hadir saat itu.


Kulihat kalender yang tergantung di kamarku. Kubuka-buka melihat bulatan diantara angka-angkanya. Sampai pada akhirnya mataku tertuju pada bulatan merah di tanggal 21 Maret. Mungkin hanya tanggal pengumpulan tugas saja, tapi setelah aku ingat-ingat kembali, dan kubuka lembaran kalender itu, tertulis jelas tanggal 21 Maret adalah tanggal dimana Dion dilahirkan. Itu artinya seminggu lagi Dion ulang tahun.


Kucoba memberanikan diri menghubungi Dion. Kutekan no tlp nya dan kemudian terdengar nada sambung. Tidak lama ada suara yang sangat khas menyapa disebrang sana.


"Halo..." suara itu sangat khas ditelingaku. Selama ini aku sangat merindukan suara itu.


"Ha.. Halo Dion." jawabku agak sedikit terbata-bata.


"Hei Ra, apa kabar ?" dia tidak berubah, tetap ramah dan penuh semangat.


"Kabar aku baik, kamu gimana ? Lagi sibuk apa sekarang ?" hanya pertanyaan standart sih, tapi memang saat itu aku benar-benar ingin mengetahui bagaimana keadaannya saat ini.


"Kabar aku baik. Lagi di rumah sakit Ra, tumben tlp kamu." masih saja Dion sempat menggodaku. Dia tidak tau, saat ini aku begitu mengkhawatirkannya.


"Di rumah sakit ? Rumah sakit mana, kenapa ga bilang-bilang kamu masuk rumah sakit ?" tanyaku dengan sangat khawatir.


"Ya udah kamu datang aja kesini, sekalian temenin aku yah. Nanti aku sms alamat rumah sakit dan kamarnya, ok ?"


"Iya.." dan sambungan tlp pun terputus.


Benakku dipenuhi berbagai macam pertanyaan. Mengapa Dion tak memberitahuku bahwa saat ini ia sedang sakit ? Lalu mengapa aku yang dia suruh datang untuk menemaninya, kenapa tidak Restu ? Apa mungkin, mereka sudah berpisah ? Akh tidak mungkin, aku tau Dion, dia adalah laki-laki yang sangat setia dengan pasangannya. Setelah menerima sms dari Dion, aku pun bergegas merapihkan penampilanku. Ku sisir rambutku yang lurus, lalu ku ikat dengan sembarang. Ku ambil tas kesayanganku yang tergeletak di meja riasku, lalu bersiap pergi untuk segera meluncur ke rumah sakit dimana Dion saat ini sedang dirawat.


***


Dion... ? Katanya dia sakit, tapi... Kenapa yang terbaring adalah Restu ? Lalu untuk apa dia menyuruhku datang kemari menemaninya ?


Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan dibenakku. Ketika aku hendak memasuki kamar yang dimaksud Dion didalam smsnya. Disana aku dapat melihat Dion sedang menggenggam tangan Restu dengan penuh kasih sayang. Sepertinya Dion tidak ingin kehilangan waktu sedetik pun untuk dapat bersama Restu.


Sempat terlintas olehku, seandainya aku yang terbaring disana, apakah Dion akan seperhatian ini ? Menemaniku dan menjagaku disamping ranjang tempatku berbaring ? "Akh semua itu hanya khayalanku saja, tidak mungkin Dion akan bersikap seperti itu terhadapku."


"Tara... Kok ga kasih tau kalau kamu sudah sampai ?" tiba-tiba saja Dion sudah berada dihadapanku saat ini.


Aku hampir lupa, daritadi aku hanya diasikkan oleh pemikiran-pemikiranku saja.


"Eh Dion... Ga kok aku baru sampai. Itu, Restu sakit apa ?" tanyaku dengan penuh rasa ingin tau.


Lalu tiba-tiba Dion mengajakku duduk di bangku yang ada didepan kamar rawat Restu.


Dion menceritakan awal mula Restu seperti itu. Dan jelas terlihat diraut wajahnya, ada kesedihan luar biasa disana. Kesedihan yang mungkin sama, bahkan lebih parah dari kesedihan yang kurasakan kemarin. Kesedihan akan rasa takut kehilangan orang yang dicintainya. Entah mengapa mendengarkan ceritanya aku pun meneteskan air mata. Ternyata saat ini Restu sedang berjuang melawan penyakitnya. Entah apa yang ada dibenakku saat ini. Haruskah aku senang melihat 'rivalku' terbaring lemah tak berdaya seperti itu, atau aku harus ikut bersedih, karna melihat Dion yang benar-benar takut kehilangan orang yang dicintainya. Ya Allah... Apa yang dapat aku lakukan untuk mengembalikan senyuman itu lagi diwajahnya Dion ?


"Bentar yah Ra, aku mau ke toilet dulu." ujar Dion sambil berdiri dan beranjak pergi meninggalkanku.


Kutarik nafas panjang. Rasanya dada ini cukup sesak. Entah apa penyebabnya, namun yang pasti aku dapat merasakan kesedihan yang kini menyelimuti Dion-ku. Kusapu pandangan yang kini ada dihadapanku, sampai akhirnya mataku tertuju pada sebuah ruangan. "ruang dokter".


Aku berjalan kesana, berharap dapat bertemu dengan dokter yang menangani penyakit Restu. Ku ketuk ruangan itu, dan mencoba masuk menemui dokter yang ada disana.


"Selamat siang dok." ucapku memberi salam kepada dokter laki-laki yang mungkin usianya lebih tua dari usia ayahku.


"Selamat siang nak, ada yang bisa saya bantu ?" ujar pak dokter dengan ramah menyambut kedatanganku.


"Begini dok, saya mau tau tentang keadaan Restu yang dirawat dikamar anggrek no 301" aku mencoba mengutarakan maksud kedatanganku kesana.


Dengan sabar pak dokter itu pun menjelaskan tentang penyakit Restu. Saat ini Restu mengalami gagal ginjal dan membutuhkan donor ginjal secepatnya. Sudah banyak yang mencoba mengikuti test kesehatan untuk mendonorkan ginjalnya, tetapi sayang hasil test semua orang yang mengikuti test kesehatan itu menunjukkan bahwa ginjal mereka tidak cocok dengan Restu. Termasuk Dion.


"Apa, Dion ? Jadi Dion pun mengikuti test itu, untuk mendonorkan salah satu ginjalnya bagi Restu ? Ya Allah, sebesar itukah rasa sayang Dion terhadap Restu ? Beruntung sekali kamu Res, mendapatkan cinta Dion hingga sedalam itu." ucapku dalam hati.


"Jadi bagaimana, apa adik mau mengikuti test kesehatan juga ?"


dengan pelan aku pun mengangguk. Entah karna aku ingin tau, atau karna aku kasihan kepada Restu. Restu ? Aku rasa, aku melakukan ini demi Dion. Ya... Demi mengembalikan senyuman itu diwajahnya Dion.


Lalu aku pun mengikuti beberapa test kesehatan. Dokter bilang hasil test itu akan terlihat besok siang. Jadi, besok siang aku pun harus kembali kesini untuk mengetahui hasilnya. Tak lupa aku pun meminta dokter untuk merahasiakan tentang test ini. Aku tidak ingin Dion tau bahwa aku pun mengikuti test itu.


Ku langkahkan kaki menuju luar ruangan. Lebih tepatnya keluar rumah sakit. Bahkan aku pun tak sempat berpamitan kepada Dion. Biar sajalah, nanti aku sms Dion untuk memberitahunya aku pulang lebih dulu.


Disepanjang jalan aku disibukkan dengan pertanyaan demi pertanyaan yang beterbangan dibenakku. Jika nanti hasil testnya cocok, apapkah mungkin aku harus mendonorkan salah satu organ tubuhku untuk orang yang jelas-jelas akan mengambil Dion dari sisiku. Tapi, jika tidak aku donorkan, sampai kapan aku dapat kuat melihat kesedihan itu ada didalam wajah Dion-ku ? Ya Allah... Mengapa Engkau tempatkan hamba dalam pilihan yang sulit seperti ini ? Sesungguhnya aku hanya ingin bahagia, dicintai dan mencintai. Dengan Dion tentunya. Tapi sayang, kenyataan berkata lain. Restu lah yang lebih dulu mendapatkan hati Dion. Dan lagi-lagi aku harus mengalah. Bukan kepada Restu, melainkan demi kebahagiaan dan senyuman diwajah Dion.


***


Siang itu aku sudah berada di rumah sakit untuk menemui dokter yang kemarin sudah memeriksaku. Bahkan dari semalam aku tak bisa tidur. Memikirkan apa yang akan aku lakukan jika memang hasil testnya cocok.


"Tara.. Ini hasil testnya." suara dokter Juan terdengar seperti sebuah peringatan bagiku.


Entah mengapa rasanya jantung ini berdetak lebih cepat dari biasanya.


"Dok, saya tidak mau melihat hasil testnya. Saya hanya ingin tau langsung dari dokter bagaimana hasil test ini ?" jelasku kepada dokter Juan, dokter yang menangani penyakit Restu.


"Hasilnya 83% cocok." jawab dokter singkat.


"Apaa... ?? Cocok ??? Ya Allah, kenapa seperti ini, padahal aku berharap hasilnya akan tidak cocok, tapi kenapa jadi seperti ini ? Apa ini adalah salah satu rencanaMu ya Allah ?" lagi-lagi hatiku berontak mendengar jawaban yang diberikan oleh dokter Juan.


"Jika kamu bersedia untuk mendonorkan ginjalmu, kita bisa melakukan operasi secepatnya." belum sempat aku berkata-kata, sekarang yang ada aku dihadapkan pilihan antara mau atau tidak.


Aku terdiam sejenak. Menundukkan wajahku, terasa hangat tetesan air mata ini membasahi pipiku. "Kenapa aku harus menangis ?" tanyaku dalam hati.


Lagi-lagi ingatanku selalu tertuju kepada Dion. Kepada senyuman yang ada diwajahnya.


Dengan perlahan aku mengangkat wajahku dan memberanikan diri menatap dokter Juan.


"Ia dok, saya bersedia. Kapan saya dapat melakukan operasi ?" entah mendapatkan kekuatan dari mana tiba-tiba aku dapat dengan lancar berbicara seperti itu.


Sekarang giliran dokter Juan yang terdiam. Tidak lama ia terdiam, sebelum akhirnya menatapku dan berkata


"Empat hari lagi kita akan oprasi."


bagiku itu bukan jawaban, tetapi keputusan.


Aku pun menyetujuinya, bersalaman dengan dokter Juan sekaligus berpamitan untuk pulang.


Tak ada yang mengetahui niatku mendonorkan ginjal untuk Restu. Tidak juga kedua orang tuaku. Semua aku lakukan ikhlas, hanya demi mengembalikan keceriaan yang sempat hilang didalam hidup Dion.


***


Tidak terasa sudah empat hari berlalu. Dan sekarang tibalah saatnya untuk aku melakukan oprasi itu. Apa, hari ini ? Kucoba membuka lagi kalender yang terpajang di dinding kamarku. Tepat tanggal 21 Maret, berarti hari ini Dion ulang tahun. Dengan segera kuraih hp dan mengetik sms untuk Dion.


"Selamat ulang tahun Dion. Semoga senyuman itu cepat kembali diwajahmu. Good luck dear."


ku tekan tombol yes, dan itu artinya sms pun sudah aku kirimkan kepada Dion. Tak lama kemudian hp ku berbunyi, ternyata sms balasan dari Dion.


"Thanks Tara sayang. Oh ya, siap-siap ya aku mau ajak kamu makan. Itung-itung traktir dihari ulang tahunku. :D" sms Dion cukup singkat, tapi dapat membuat hatiku sedikit lega.


Aku melihat jam tanganku, operasinya nanti sore, ku pikir masih keburu lah untuk aku pergi sebentar bersama Dion. Dengan cepat jari2ku menari diantara tombol di hp ku. Ku ketik sebuah sms balasan untuk Dion.


"Ok jelek, jangan ngaret yah. Jemput aku 15menit lagi."


sambil menunggu sms balasan dari Dion, aku pun bersiap-siap. Kukenakan pakaian terbaikku dan mencoba berpenampilan sebaik mungkin dihari ulang tahun Dion.


Tiba-tiba terdengar suara mbak Inah memanggilku.


"Non Tara, ada mas Dion dibawah." ujarnya memberitahuku tentang keberadaan Dion dirumahku.


"Iah mbak, sebentar lagi." aku pun berteriak dari dalam kamarku dan bergegas keluar untuk menemui Dion.


Sesampainya diruang tamu, aku melihat Dion sudah siap dengan kemeja putih panjangnya yang dia gulung menjadi sepertiga lengannya. Tak salah aku memilih dress putih ini untuk kupakai siang ini.


"Taa... Tarraa, cantik banget kamu." mata Dion sedikit melotot melihat penampilanku kali ini.


Aku pun tersipu malu dibuatnya. Baru kali ini Dion memujiku seperti itu.


"Apaan sih, udah yu. Udah lappeeerrr nih." ajak ku sedikit merengek sambil menggandeng tangan Dion keluar dari rumahku.


"Ya Allah... Hari ini aku sangat bahagia. Bisa sedekat ini lagi dengan Dion. Terima kasih untuk semuanya ya Allah." aku pun mengucap syukur dalam hatiku.


***


Sesampainya disebuah restoran, Dion memilih tempat dipojok dekat jendela. Pelayan disana mengira kami adalah pasangan kekasih, tak hentinya mereka berkata bahwa aku serasi dengan Dion. Tapi tak ku hiraukan, toh hati Dion sudah ada yang memiliki. Dion memesankanku makanan, tak banyak percakapan diantara kami saat itu. Namun kulihat beberapa kali Dion sempat menguap, mungkin karna dia kurang tidur atau bisa saja dia terlalu lelah menjaga Restu hingga dia sendiri lupa akan kesehatannya.


"Dion.. Sorry aku belum siapin kado buat kamu." aku meminta maaf atas kelalaianku, aku bahkan sampai lupa menyiapkan kado untuk Dion.


"Santai aja kali Ra, udah kaya sama siapa aja sih." jawab Dion sambil tersenyum kecil ke arahku.


"Oh ya, habis ini kita ke rumah sakit yu. Aku pengen jenguk Resti." pintaku tanpa mengalihkan pandanganku dari piring yang ada dihadapanku.


"Ok."


Lalu kami pun segera menyelesaikan makan siang itu. Lagi-lagi Dion menggandeng tanganku sampai kami menaiki Jazz putih miliknya. Tak lama kemudian mobil yang kami tumpangi meluncur menuju rumah sakit.


Namun entah mengapa, sepertinya Dion kehilangan kendali saat itu. Mobil yang dikendarainya terasa oleh dan hampir menabrak badan jalan. Belum sempat Dion dapat mengendalikan mobil itu, tiba-tiba dari arah berlawanan muncul sebuah truk yang juga kehilangan kendali. Maka sudah dapat dipastikan kecelakaan itu pun terjadi.


***


Tubuhku terasa sangat kaku. Antara sakit dan juga ngilu. Kucoba untuk membuka mataku, semua gelap. Namun perlahan aku dapat melihat orang-orang yang berada disekitarku. Ada papa, mama, Puput, juga dokter Juan. Tapi dimana Dion, mengapa aku tak melihatnya ?


Aku melihat mama menangis terisak melihat keadaanku. Bagaimana tidak, baju yang ku kenakan sudah berubah warna menjadi merah karna darah yang terus mengalir keluar dari tubuhku. Aku tak mampu menggerakkan salah satu anggota tubuhku sendiri.


"Ma.. Dion mana ?" masih dengan suara parau aku mencoba menanyakan keadaan Dion.


"Dion ada diruang sebelah nak, kamu harus kuat yah sayang." ucap mama lirih diantara isak tangisnya.


"Dokter, bagaimana keadaan Dion ?" kali ini pertanyaan aku tujukan kepada dokter Juan.


"Tara.. Dion mengalami kebutaan yang diakibatkan karna benturan yang sangat keras di kedua bola matanya." penjelasan dokter Juan bagaikan petir yang menyambar tubuhku.


Rasanya tak rela mendengar orang yang kusayangi mengalami kebutaan seperti itu. Tiba-tiba dadaku sesak, ya Allah... Mungkinkah saat ini Engkau akan memanggilku ? Jika ia, aku ikhlas.


"Ma, Tara udah ga kuat. Jika suatu waktu nanti terjadi sesuatu kepada diri Tara, Tara mohon tolong berikan kedua bola mata Tara untuk Dion. Dan salah satu ginjal Tara untuk Restu. Tara sayang Dion ma, Tara ingin Dion bahagia." ucapku lirih namun aku yakin mereka mendengarnya


Tubuhku terasa dihantam sebuah batu besar. Rasanya sangat sakit dan tak dapat kugerakan sama sekali. Ya Allah mungkin ini saatnya aku kembali kepadamu. Aku berterima kasih untuk kebahagiaan yang sempat aku rasakan tadi bersama Dion. Dadaku sangat sesak, tak dapat bernafas. Masih dapat kulihat kedua orangtuaku menangis sejadi-jadinya. Sebelum kututup kedua mataku, aku pun berusaha mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai akhir dari perjalanan kisahku.


***


Dion hanya dapat termenung diatas tempat tidurnya kini. Ingin rasanya Dion tidak mempercayai apa yang baru saja diceritakan oleh Puput, adiknya. Sebesar itukah rasa cinta Tara kepadanya, sampai-sampai dia sanggup mengorbankan dirinya untuk sebuah senyuman diwajah Dion.


"Tara.. Kenapa kamu ga bilang sama aku, kalo ternyata kamu cinta sama aku ? Kenapa kamu tega Tara ninggalin aku dalam penyesalan seperti ini ?" dalam hati, Dion marah pada dirinya sendiri. Mengapa selama ini ia tidak peka terhadap apa yang sudah dilakukan Tara untuk dirinya.


"Sudah kak, jangan menyalahkan diri kakak sendiri. Yang penting saat ini, kakak jaga baik-baik kedua mata kakak. Karna itu satu-satunya peninggalan kak Tara yang ada didalam diri kakak. Selain ginjal yang ada didalam diri kak Restu." Puput mencoba memberikan semangat kepada kakak semata wayangnya itu.


"Apa... Tara mendonorkan ginjalnya juga buat Restu ?" Dion mencoba memperjelas apa yang baru saja ia dengar dari mulut adiknya itu.


Puput hanya dapat mengangguk pelan.


"Ya Allah.. Tara. Mulia sekali hati kamu, pengorbanan kamu ga akan pernah aku lupain sepanjang hidup aku. Ini adalah hadiah terindah darimu Ra, kamu sahabat terbaikku. Dan akan terus menjadi yang terbaik didalam hidupku. Semoga kamu tenang dan bahagia disana Ra, dan aku disini akan mengabulkan keinginan terakhirmu. Untuk kembali tersenyum."