Thursday 5 February 2015

Senja, Kutitipkan Salam Untuknya

Hai senja, apa kabarmu? Tahukah kamu, rasa sesak yang kini sedang bersarang didalam hatiku? Rasanya seperti tertimpa beban berat yang tak dapat kugeserkan sedikitpun.

Dia, datang dengan tiba-tiba. Menyapa lalu berbincang. Terbuka dan mulai bercerita. Ada duka disana, disetiap jeda kalimat yang tak ia tuntaskan. Ada keputusasaan, pada akhir kata yang ia ucapkan dengan perlahan. Aku mendengarnya, aku memperhatikannya. Hingga aku lupa, bahwa ternyata aku mulai mengasihinya.

Ada rasa khawatir didalam hatiku saat ia tak bersamaku. Ada rasa takut menyelimuti hatiku ketika ia tidak disisiku. Dan juga ada rasa kecewa, dikala ia memulai kata dalam kalimatnya yang membuatku merasa ada jarak yang sedang ia ciptakan diantara kami.

Senja, aku tak menuntut apapun darinya. Aku tak ingin mengambil apapun yang ia miliki. Cukup menjadi seseorang yang ia anggap ada dalam kehidupannya saja itu sudah cukup bagiku.

Apakah aku salah, jika aku mengkhawatirkannya? Atau apa aku keliru, jika aku mengasihinya? Entahlah, yang pasti aku tak menyukainya saat ia mulai melontarkan kalimat demi kalimat yang ia bangun untuk menciptakan jarak dan ruang diantara kami. Aku tak suka itu.

Senja, jika nanti ia memandangmu, tolong sampaikan padanya bahwa aku mengasihinya. Ceritakan juga tentang waktu yang ku habiskan bersamamu. Beritahu ia juga ketika namanya menjadi topik dalam satu perbincangan yang mengasikan denganmu.

Senja, kutitipkan salam hangat untuknya. Bisikkan pada telinganya, bahwa ada aku yang mengasihinya. Menginginkan kebaikan baginya dan berdoa demi kebahagiaannya.

Jika nanti Tuhan berkehendak lain, aku janji tak akan menyalahkannya. Aku janji, akan menjadikannya sosok yang terindah. Dalam hatiku, dalam pikiranku, dan juga dalam perjalanan hidupku. Sekarang, dan mungkin selamanya 😊

Monday 2 February 2015

Senjaku

Hai senja, apa kabarmu? Lama kita tak bersama. Menikmati goresan indah pada lembaran angkasa. Dan bermain dengan warna-warna cantik yang kau miliki.

Banyak waktu yang kulalui tanpamu, dan banyak cerita yang terlewatkan untuk kusampaikan padamu. Senja, tahukah kamu bahwa mereka sibuk datang dan pergi. Hadir, memberi kenyamanan lalu pergi tanpa permisi. Rasanya ingin berontak, tapi hati bertanya "Untuk apa?"

Kadang, aku rindu akan kebersamaan kita. Dikala kau menyapa sementara aku terlalu sibuk dengan kata yang terurai diantara layar hp ku. Dan kemudian kau menggoda dengan warna demi warna yang kau sajikan dihadapanku. Hingga akhirnya aku menyerah dan mengesampingkan rangkaian kata demi menikmati keindahanmu.

Senja, tahukah kau tentang dia yang kini sedang singgah? Dia yang tak kukenal sebelumnya. Dia yang dengan cepat sanggup menyelinap masuk diantara rasa yang selama ini kujaga dengan baik. Membuatku tertegun atas rasa yang entah apa namanya.

Ia hebat, karena sanggup merobohkan pertahananku. Egoku dihancurkannya dalam waktu yang sangat singkat. Bahkan pintu yang dulu tertutup rapat, kini mulai memberikan celah untuknya.

Tapi aku tak ingin memaksanya masuk. Aku tak ingin ia datang dengan terpaksa. Aku hanya akan menunggu, hingga nanti dia sendirilah yang akan memutuskannya.

Senja.. Terimakasih untuk keindahanmu. Untuk banyaknya ceritaku yang kau tampung diantara warna indahmu. Aku yakin, mencintaimu dan mengasihinya bukanlah sesuatu yang sia-sia. Setidaknya untukku, untuk kita yang selalu menghabiskan senja bersama.

Sunday 1 February 2015

Satu Keputusan

Ketika sebuah kepercayaan mulai diuji oleh satu kesalahan. Dan ketika kecewa mulai menjadi satu-satunya alasan untuk mengakhiri sesuatu. Logika berkata "Tunggu apa lagi?" namun sayangnya terkadang hati menepis dan berbisik "Dia manusia dan kamu pun manusia"

Disaat malam mulai menggoda dengan berbagai tawaran tentang sesuatu yang lain. Dan waktu dihabiskan hanya untuk memikirkan suatu hal yang pada dasarnya bukanlah urusanmu. Kemudian bibir berucap dan air mata menetes dalam sebuah doa. Hening dan terlarut dalam peraduan.

Jalan yang kita cari terkadang ada didepan mata. Namun ketika logika dan hati saling berkata lain, maka setiap langkah akan menjadi sebuah proses yang membawamu pada sebuah kebimbangan. Tentang Hati atau Logika yang harus kamu menangkan. Tidak ada cara lain untuk mengambil sebuah keputusan selain berlutut dan berdoa.

Ia mendengar semua keluh kesahmu. Ia tau semua kegelisahanmu. Dan Ia bisa memberikanmu jalan keluar tanpa harus kamu relakan hati untuk sebuah luka bernama kecewa. Percayakan hidupmu kepada-Nya. Ia akan mengampuni semua kesalahanmu. Ia sanggup memulihkan setiap luka yang ada dihatimu. Satu-satunya hal yang harus kamu lakukan ialah menyerahkan Hati dan Hidupmu sepenuhnya kedalam tangan-Nya. Dan tetaplah hidup dalam Pengharapan juga Iman. Percayalah, Ia akan menyediakan apa yang kamu perlukan. Dan Ia akan menjadikan hidupmu jauh lebih berharga dari saat ini. Gbu