Sunday 16 November 2014

Desire

Aku wanita yang memiliki banyak impian. Imajiku bekerja lebih cepat jika berbicara tentang impian. Kadang aku berfikir, mungkin indah jika apa yang kita inginkan, apa yang kita bayangkan dapat berlajan seiringan dengan kenyataan yang ada. Tapi aku sadar, aku tak bisa memaksakan apa yang aku inginkan.

Contohnya seorang pasangan yang menurutku indah. Aku tak menginginkan pasangan yang sempurna. Karna jika dia sempurna, lantas apa gunanya aku berada disisinya? Tak lebih dari hanya sebagai penghias, dan bukan pelengkap.

Jika Tuhan berbaik hati mengabulkan keinginanku, aku ingin memiliki seseorang yang dapat membimbingku. Menjadikan aku lebih dekat kepada-Nya. Membuatku lebih bersyukur karna telah dijodohkan dengannya. Dan memberikan aku sebuah kebahagiaan demi kebahagiaan yang mungkin tercipta dimasa-masa sulit yang sedang dihadapi.

Aku tak menginginkan hidup lurus tanpa masalah. Aku hanya memohon, tetap dampingi aku hingga aku berhasil melewati setiap masalahku dan tampil sebagai pemenang.

Bukankah lebih indah, ketika kita menghadapi sebuah ujian hidup, ada seseorang yang berkata "Kita selesaikan sama-sama ya". Bagiku itu adalah satu kalimat sempurna yang dapat memberikan sebuah rasa yang tak dapat diungkapkan oleh kata-kata.

Aku tahu, Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan. Tapi tak ada yang salah ketika kita mengungkapkan apa yang menjadi keinginan kita kepada-Nya. Jadikan Tuhan sebagai sahabat yang selalu diajak bicara, yang dapat menjadi tempat bercerita, juga sebagai ayah yang dijadikan tempat mengadu dan meminta.

Ketika aku terjatuh, aku tahu aku tidak sendiri. Ada banyak cara Tuhan untuk menunjukkan kepadaku bahwa Ia ada. Ia peduli.

Tuhan, aku tahu ada proses yang harus aku lalui untuk menjadi seorang pemenang. Jika Kau memperbolehkan aku untuk memohon dan mengabulkan keinginanku, aku ingin melewatkan semua proses hidupku dengan dia yang Kau pilihkan untukku.

Lebih cepat dipertemukan, agar dapat lebih lama menghabiskan waktu bersamanya. Hanya itu.. :)

Tuesday 11 November 2014

The Power Of Love (Part 3)

Hari ini aku belajar untuk tidak menangis. Untuk dapat kuat dan menatap takdirku didepan. Sesaat aku berhasil. Tersenyum bersama mereka yang sangat menyayangiku.

Sepertinya aku bahagia. Mereka mengucapkan itu berulang didepanku. Dan aku hanya dapat tersenyum. Terlihat seolah mengiyakan apa yang mereka pikirkan.

Ya, aku memang tersenyum. Aku memang terlihat bahagia. Tapi tidak hatiku. Ada air mata yang tertahan disana. Disetiap waktu atas kenangan yang melintas dalam benakku.

Aku berjuang menahan sedihku. Sekuat tenaga tak kubiarkan air mata menetes disana. Dihadapan mereka yang rindu akan kebahagiaanku.

Salahkah aku jika aku menipu hatiku. Bukan untukku, tapi demi mereka. Aku ingin mereka bahagia. Tak kuasa jika aku harus melihat air mata membasahi wajah mereka. Aku terlalu naif untuk dapat berkata "Aku baik-baik saja".

Dan kini aku sendiri. Disudut jendela yang terbuka. Memandang langit biru. Memutar kembali kenangan yang pernah ada. Aku masih disini, aku tetap disini. Bersama hembusan angin yang pernah mendengar janji kita. Bersama langit biru yang menjadi saksi kesetiaan kita. Aku tetap disini, dengan air mata yang masih tertahan.

Mungkinkah bahagia yang kau rasakan disana? Ataukah tawa canda yang mengisi setiap waktumu?

Bukan aku tak dapat melupakanmu. Bukan aku tak sanggup hidup tanpamu. Aku bisa saja dengan mudah beralih pada hati yang lain. Hati yang akan selalu menjauhkanku dari air mata. Hati yang mungkin takan memberiku luka sedalam ini.

Tapi aku tak mau. Aku tak kuasa menghancurkan harapanku begitu saja. Ia ada, ia hidup didalam hatiku. Setiap waktu didalam doaku, ia berkata ini proses. Haruskah dengan mudah kuhancurkan keyakinannya. Atau menguburnya lebih dalam dari luka yang saat ini ada?

Entahlah, yang aku tahu ia masih berkuasa. Ia masih memegang kendali hidupku. Ia adalah Harapanku. Harapan yang sempat kau sia-siakan. Dan mungkin akan sangat dirindukan ketika penyesalan mulai menyapamu dengan manja.

Monday 10 November 2014

The Power Of Love (Part 2)

Jika kau tahu arti sebuah waktu, mungkin saja tak akan ada lagi penantian yang sia-sia.

Aku tahu, perlu waktu untuk memahami sesuatu. Seperti senja yang paham bahwa indahnya harus digantikan oleh malam. Atau pelangi yang harus dengan rela menghilang ketika mentari mulai bercahaya kembali. Tapi aku wanita, yang mencintaimu karna hati. Bukan logika semata yang mengajarku tentang arti sebuah cinta.

Hatiku terlalu lemah jika harus terus menerus kau uji dengan sikapmu. Ia mudah terluka, tapi ia pun sanggup menahan sakit.

Jangan karna ia kuat, lantas kau dapat memberinya luka kapanpun kau mau. Hargai ia. Jika kau tak dapat menempatkan bahagia pada tiap sudut dan ruangnya, setidaknya janganlah kau terus tancapkan pisau untuk melukainya.

Ia alasan aku tetap bertahan. Berjuang karna keyakinan dan ketulusannya. Ia mendorongku untuk tetap bersikap baik padamu. Pada orang yang sejauh ini pernah menitipkan luka yang dalam padanya.

Ia tak membencimu. Bahkan ia menunggumu. Ia tak ingin melukaimu, ia hanya ingin memberikan bahagia untukmu. Apa yang ia lakukan, apa yang ia berikan, dan apa yang ia doakan. Semua hanyalah demi bahagiamu. Sadarkah kamu?

Aku tak dapat melawannya, karna ia berkuasa atas hidupku. Jika kamu ingin mengerti dia, simpanlah dalam-dalam logika yang kau miliki. Pakailah hatimu untuk memahaminya.

Karna hati akan dapat dimengerti kembali oleh sebuah hati. Bukan logika.

The Power Of Love (Part 1)

Bisikkan angin disore hari, mengusik kedamaian hati. Entah darimana aku harus memulai. Seakan kehilangan separuh nyawaku. Hampa yang kurasa, khawatir yang selalu melanda. Kamu yang menjadi pegangan hidupku, kini entah kemana. Akankah cinta bertahan dan terus menopang? Sebuah hati yang selalu mendesak untuk tetap memiliki. Aku membutuhkanmu.

Kamu dimana? Apa yang terjadi? Aku wanitamu, sadarkah itu? Hatiku terlalu sesak dengan prasangka yang ada. Jangan tanya darimana aku tahu, ketahuilah bahwa kamu adalah lelakiku.

Hatiku berkata untuk tetap bertahan. Berjuang demi sesuatu yang kuyakini. Ini adalah proses.

Huft... Seakan tarikan nafas saja terasa sangat berat. Tahukah kamu? Ingatkah kamu? Ada hati yang menunggumu. Ada jiwa yang memperjuangkanmu. Sadarkah kamu?

Air mata yang menetes, lantunan nada bahagia yang kini terdengar sangat memilukan. Ketahuilah, aku menunggumu. Aku membutuhkanmu.

Dengan cara apa lagi harus kukatakan. Kekuatan cinta ini seakan semakin hebat. Walau luka yang tergores semakin dalam, ia tetap bertahan. Ia tetap berjuang. Demi bahagianya, demi apa yang ia yakini adalah takdirnya.

Mengertilah, pahamilah, tak mudah untuk bertahan. Tak gampang untuk berjuang. Tertatih dan tersenyum diatas luka. Demi apa, demi siapa? Demi satu keyakinan akan sebuah kebahagiaan.

Bersamamu, bersama keyakinan yang telah terbangun. Walau kadang angin menghempasnya dan meratakannya. Tak mengapa, karna ia kuat. Dan ia akan terus bangkit demi memperjuangkan cintanya. Untuk kita, aku dan kamu. Kebahagiaan kita, ya.. Kita

Saturday 1 November 2014

Untukmu, Keinginanku..

Aku mengagumimu bukan karna siapa orang yang ada dibelakangmu. Aku mengagumimu bukan karna jabatan yang dipercayakan kepadamu. Dan aku mengagumimu bukan karna paras yang kau miliki saat ini. Tetapi aku mengagumimu karna satu pribadi yang kau miliki.

Aku tak butuh kekuasaanmu. Aku tak tertarik pada semua materi yang kau punya. Aku tak bermimpi untuk bisa memilikimu. Aku hanya ingin jadi sahabatmu. Seseorang yang dapat berbicara dan bertukar pikiran secara leluasa denganmu.

Mungkin, mereka bilang ini mimpi yang terlalu tinggi. Atau mereka pikir aku sudah gila. Tapi yang aku tau, selalu ada celah dan jalan untuk sebuah niat yang baik.

Aku tak akan mengganggu. Aku pun tak ingin mengusik setiap urusan pribadimu. Namun, izinkan aku untuk menjadi pendengar yang baik bagimu.

Tak banyak inginku, berteman dan bersahabat denganmu itu sudah cukup. Bukankah suatu saat kita membutuhkan seorang sahabat, walau hanya untuk sekedar berbicara dan tertawa bersama? Kuharap akulah orang yang beruntung yang bisa menjadi sahabatmu.. :)