Sunday 24 August 2014

Dear, Kekasihku..

Dear kekasihku..
Terimakasih karna kamu telah bersedia mempercayakan hatimu kepadaku. Mencoba melalui dan menjalani hari bersama-sama denganku. Kamu, selalu berusaha membuatku tersenyum dengan segala usaha dan sikapmu kepadaku. Kebahagiaanku, telah menjadi salah satu tujuanmu. Dan aku, sangat bersyukur dan bahagia ketika Tuhan mengizinkan kita bertemu dalam satu masa.

Dear kekasihku..
Aku tak pernah menyangka bahwa secepat ini kau dapat membuatku percaya bahwa aku tidak salah menitipkan hatiku padamu. Kau mengajarkan aku tentang banyak hal. Tentang kedewasaan, pemikiran positive, juga kesabaran yang menjadi salah satu dasar dalam hidup ini.

Dear kekasihku..
Maafkan aku dengan segala kekurangan yang kumiliki. Aku tak bisa menjanjikan apapun kepadamu. Bahagiamu adalah salah satu tujuan utama dalam sisa waktuku. Maaf jika aku tak dapat berjanji banyak hal, aku hanya bisa berusaha, untuk terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Menjadi wanita yang selalu dapat memberikan kebahagiaan kepadamu. Menjadi istri yang taat, dan juga selalu dicintai olehmu.

Dear kekasihku..
Banyak hal yang tak dapat kuungkapkan kepadamu. Biarlah catatan kecil ini menjadi sebuah gambaran betapa aku sangat bersyukur dipertemukan denganmu. Dan jika boleh aku meminta kepada Tuhan, biarlah hanya kamu yang menjadi orang terakhir yang ada dan selalu mengisi setiap ruang dihatiku.

Dear kekasihku..
Sekali lagi kuucapkan terimakasih. Jadilah orang terakhir yang selalu menghiasi setiap waktuku. Karna aku, ingin menjadi bagian dari setiap senyuman yang ada diwajahmu.

Tuesday 19 August 2014

Ketika Rindu Itu Hadir

Aku tak pernah tahu, pada siapa aku harus bercerita. Setiap detik yang berlalu, seakan selalu memberiku pilihan pada sebuah pemikiran. Apa yang harus aku lakukan, sementara rindu seakan mendobrak tiap pintu yang menjadi pembatas antara hati dan logika.

Andai saja kamu tahu, bagaimana sakitnya menahan rindu. Tak berbentuk, tak dapat dibalut, hanya dapat terobati ketika bahumu dapat menjadi tempatku bersandar. Memelukmu, menatap wajah yang selama ini aku rindukan. Hanya itu, sesederhana itu.

Sayang..
Bagaimana kabar hatimu disana? Samakah dengan hatiku yang semakin rapuh karna digerogoti rindu? Tegarkah hatimu menjalani setiap proses yang diberikan oleh jarak? Jika ya, ajar aku untuk itu. Agar aku dapat sejenak terlepas dari sakitnya menahan rindu.

Tuhan..
Sesakit inikah sebuah rindu yang menyelinap diantara relung hati? Bagaimana bisa aku mengelak, sementara rindu dengan gencar merobohkan setiap logika yang kubangun susah payah.

Aku tak banyak berharap. Aku hanya berdoa, semoga saja ini adalah masa dimana Tuhan sedang memproses aku dan kamu. Hingga kelak Ia akan menjadikan aku dan kamu sebagai kita. Yang tak dapat dipisahkan oleh jarak, oleh waktu, juga oleh kerinduan. Dan hanya sebuah Kematian yang akan memisahkan raga, namun bukan hati kita.

Sebuah Kisah tentang Rindu

Aku tak pernah tahu, pada siapa aku harus mengadu. Setiap detik yang berlalu, seakan selalu memberiku pilihan pada sebuah pemikiran. Apa yang harus aku lakukan, sementara rindu seakan mendobrak tiap pintu yang menjadi pembatas antara hati dan logika.

Andai saja kamu tahu, bagaimana sakitnya menahan rindu. Tak berbentuk, tak dapat dibalut, bagai racun mematikan yang dapat membunuhku kapanpun ia mau. Dan apakah kamu tahu, bahwa hanya kamu yang memiliki penawar dari racun itu.

Kamu, seseorang yang kuperjuangkan didalam doaku. Kamu, lelaki yang sangat aku jaga baik-baik. Dan kamu, satu-satunya nama yang memiliki tempat terindah dihatiku.

Andai saja waktu dapat membisikkan rindu yang dibuatnya. Andai saja angin dapat menyampaikan harapan yang diketahuinya. Dan andai saja kamu tahu, ada satu hati yang selalu mencoba, berusaha sekuat tenaga untuk dapat menjaga dan merangkai setiap waktu yang terjalin dalam sebuah hubungan yang diciptakan antara dua hati dan terpisah oleh jarak.

Tapi ini kisahku. Kisah sebuah penantian yang kubalut dengan doa dan kesabaran. Ini kisahku, tentang cinta yang kuperjuangkan dengan ketulusan. Dan ini memang benar-benar kisahku, sebuah kisah yang aku yakin akan berakhir indah. Bukan karna aku tahu akan masa depan, melainkan aku membiarkan-Nya memproses hatiku dan hatimu untuk menjadi sepasang hati yang sepadan.

Jangan pernah lelah untuk menanti, karna Ia tahu kapan waktu yang tepat untuk hadiah yang diberikan karna sebuah kesabaran. Antara aku dan juga kamu. Antara dua hati yang sedang diproses-Nya agar menjadi satu dalam kesatuan yang abadi. Sekarang, esok, dan seterusnya.

Sunday 17 August 2014

Terimakasih Cinta

Kau hadir suguhkan bahagia. Tak pernah kusangka, luka hilang secepat ini. Kecewa yang dulu ada, perlahan sirna oleh harapan masa depan. Kau bagai menyulap air mataku dengan seribu senyum yang tak pernah kupikirkan sebelumnya. Hadirmu bagai anugerah terindah yang kini ada dalam hidupku.

Terimakasih Tuhan, terimakasih untuk cinta yang kini menyapa. Kau hapus luka hati dan menggantinya dengan bahagia. Jika dulu kutahu bahagia sesederhana ini, pastinya akan kusimpan air mata ditempat terdalam yang ada diperjalanan kisahku.

Kini hanya senyuman yang ada disetiap langkahku. Dia membuatku lupa bagaimana caranya menangis. Yang aku tahu, bersyukur dan bahagia itu sangat sederhana.

Terimakasih Tuhan. Terimakasih cinta. Terimakasih untuk dia yang kini ada. Kuharap ini bikanlah awal yang akan berakhir, melainkan awal yang akan berujung keabadian.