Thursday 30 October 2014

Satu Proses Bernama Rasa Syukur

Tuhan, entah darimana aku harus memulai. Rasanya sesak, seakan tiba-tiba saja aku tak bisa bernafas. Ingin rasanya aku memiliki ketegaran yang dicontohkan batu karang dilautan sana. Tapi aku wanita, yang dengan mudah bermain dengan perasaan. Yang dengan sempurna mengedepankan hati dibanding logikaku.

Ini masih tentang dia. Seseorang yang Kau izinkan hadir disetiap waktuku. Pribadi yang Kau utus sebagai panutanku. Dia, yang dengan sempurna dapat menembus setiap pertahananku dan leluasa masuk hingga menjadi raja didalam hatiku. Aku menyayanginya. Tulus, tanpa imbalan apapun.

Tapi aku manusia, yang juga ingin dicinta oleh orang yang kucinta. Aku tak ingin menjadi seorang munafik yang berkata tak butuh cinta dan hatinya. Aku ingin hidup bersamanya. Dengan restu dan juga dalam rancangan-Mu.

Bahagia karena Kau yang menyatukan. Lalu menjadikan dia satu-satunya cinta disisa hidupku. Menjaga hati dan juga perasaannya. Sama-sama dijadikan yang terakhir, karena tahu melengkapi adalah tujuan-Mu menciptakan kami.

Tuhan, seandainya hidup semudah itu. Maka tak akan ada yang namanya kecewa. Sebuah rasa sakit yang tercipta karna sebuah kegagalan.

Kuatkan mereka yang saat ini sedang kecewa. Hibur mereka yang kini tengah bersedih. Dan yakinkan mereka yang hingga saat ini masih percaya, bahwa kebahagiaannya sedang Kau ukir dengan sangat sempurna.

Terimakasih, untuk luka yang pernah ada. Terimakasih, untuk setiap kecewa yang saat ini sedang menyapa. Terimakasih, karna dengan semua itu Engkau membuatku menjadi satu pribadi yang lebih kuat. Tak mudah jatuh, tak mudah mengeluh dan juga tak mudah putus asa. Terimakasih... :)

No comments:

Post a Comment